Apa yang bisa dikatakan bukanlah kebenaran. Saya lupa baca di buku apa dan siapa yang mengatakannya.
Ketika membaca kalimat ini spontan saya meyakini kebenaran yang tertulis. Serasa saya mendapat pencerahan menggetarkan jiwa.
Sejak membaca kalimat ini pertama kali sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu saya langsung jadi penganut paham ini.
Namun, sampai saat ini sebenarnya saya belum paham sepenuhnya apa yang dimaksud. Saya masih mencari dan menggali kebenarannya. Berusaha untuk menginterpretasikan dengan kearifan yang saya miliki.
Jadi?
Jujur, ketika menuliskan kalimat-kalimat di atas saya masih belum paham apa maksud dan tujuannya.
Seketika pikiran berseru, "Ini cocok buat tip omong kosong."
Saya pikir-pikir, "Ah, benar. Dasar otak isinya omong kosong."
Markibali. Mari kita baca kembali.
Sudah? Kalau membacanya dengan cermat, maka akan menemukan tip atau liat omong kosong pada empat paragraf di atas.
Apa yang bisa dikatakan bukanlah kebenaran. Jelas kalimatnya, tetapi tidak ada keterangan apa-apa. Alasannya lupa. Berbeda dengan tulisan yang bukan omong kosong pasti ada sumbernya.
Biasanya dari kitab suci, buku terlaris sedunia, atau orang terkenal dan hebat. Kalau tulisan omong pasti tidak jelas. Jangan-jangan hasil mengarang.