Melihat sosok yang terbaring dalam peti mati apa yang akan terpikirkan?
Ini pertanyaan saya pada anak ketika sama-sama untuk melihat untuk terakhir kali sosok yang terbaring kaku dalam peti mati. Sosok itu adalah kakeknya atau mertua saya.
Yang pasti ada kesedihan, tetapi dengan cara yang berbeda mengungkapkannya.
Ada air mata atau sesak di dada. Bisa juga dengan wajah menahan kesedihan mendalam tanpa berkata-kata.
Anak saya menjawab kesedihan ada karena terbayang akan kenangan-kenangan bersama sang kakek selama hidupnya. Tentu kenangan nan indah karena selama ini setahun hanya bisa sekali atau dua kali berjumpa. Ada jarak dan lautan yang memisahkan.
Ia balik bertanya sama dengan pertanyaan saya padanya. Sebelum menjawab, sepertinya ia bisa membaca pikiran saya. Ternyata apa yang dikatakan kurang lebih sama seperti apa yang ingin saya jawab.
Apa jawabannya?
Ya, saya mengatakan melihat sosok yang terbaring dalam peti mati itu yang terbayang suatu hari saya pun akan terbaring di situ dengan kondisi yang sama. Terbaring kaku.
Ini kenyataan. Keniscayaan yang pasti akan dialami oleh semua anak manusia yang hidup di dunia.
Tidak ada kekuasaan atau kekuatan apapun sampai saat ini yang dapat menolak kenyataan ini. Jadi, mau atau tidak mau semua harus menerima dengan ikhlas atau penuh ketakutan.
Segala yang terlahir akan mengalami kematian pada waktunya. Segala yang berbentuk akan hancur ketika saatnya tiba. Inilah kebenaran yang tak terbantahkan.