Katedrarajawen _Bila ada anak yang merasa repot harus merawat orangtuanya, ini anak kurang ajar namanya. Saya mengatakan hal ini dalam kondisi sadar. Kalau sedang tidak sadar, bisa jadi saya adalah salah satu anak yang kurang ajar itu.
Hari ini saya mendapat berkah yang luar biasa. Kondisi Papa yang lemah karena berbagai masalah penyakit hanya bisa tertidur sehingga dipakaikan pamper agar tidak repot ketika kencing dan berak.
Namun apa yang terjadi? Sewaktu pagi saya membuka pamper mendapatkan berkah itu. Pamper sudah penuh kotoran. Air kencing dan tahi sudah bercampur. Maaf, bila ada yang merasa jijik. Namun saya tidak harus merasa jijik mengatakan hal ini.
Saya menarik napas melihat kenyataan. Apakah saya jijik membersihkan? Saya malah tidak sempat untuk merasa jijik. Ketika membersihkan pun tanpa memakai sarung tangan plastik atau karet. Saya lakukan tangan kosong. Saya anggap ini berkah.
Yang ada muncul rasa penasaran. Kenapa Papa masih betah memakai pamper dalam kondisi ini?
Saya juga merasa bersalah karena tidak mengecek. Padahal selama menemani saya sudah mengurangi interaksi dunia maya yang biasanya cukup menyita waktu.
Mungkin saya berpikir selama menemani Papa jarang makan dan minum. Tentu akan jarang pula buang air kecil dan besar.
Setelah tenang baru saya mulai membersihkan. Mungkin juga Papa tidak begitu sadar sehingga tangannya ikut membersihkan. Hal ini justru semakin merepotkan karena tangannya terkena kotoran cukup banyak.
Untuk membersihkan saya sampai butuh berlembar-lembar tisu basah. Satu bungkus ukuran besar hampir habis. Benar-benar perlu telaten.
Kenapa tidak meminta bantuan suster. Ada rasa tidak ingin merepotkan, selain para suster juga sangat sibuk dengan menangani begitu banyak pasien yang datang silih berganti.
Pasien penuh sampai di lorong rumah sakit. Papa saya pun terpaksa dirawat di ruang IGD sambil menunggu ruang kamar yang tersedia ketika ada pasien yang pulang.