Katedrarajawen _
Apakah pernah ada yang berpikir ketika membaca sebuah puisi yang selesai dalam sekejap itu melalui proses sepanjang hari?
Bukan hanya pikiran, tetapi hati pun ikut berperan. Berpikir dengan jernih dan merenungkan dalam-dalam padahal hal ini terjadi hanya berawal dari sebuah momen kecil. Namun sangat menyentuh rasa ketika kesadaran terbuka.
Untuk menghasilkan sebuah karya tulis setiap orang pasti memiliki cara. Setiap karya pun tidak selalu melalui proses yang sama.
Sebuah Ide Berkembang Melalui Proses Pemikiran Panjang dan Perasaan Mendalam
Ketika menulis sebuah puisi yang hanya beberapa baris dan dari ide yang remeh mungkin ada yang tidak terpikir bahwa itu melalui proses yang panjang.
Saat tumbuh tunas ide, biasanya saya langsung tulis dalam bentuk judul atau beberapa kata pembuka. Setelah itu diolah di kepada dan hati beberapa waktu. Bisa pula sepanjang hari, bahkan sampai keesokan hari.
Pikir berulang kali agar kata-kata bermakna dan tersusun rapi. Kadang terjadi perang di dalam batok kepala. Namun hati akan muncul sebagai penengah.
Proses panjang ini terjadi juga karena sambil berpikir bila akan ada yang bertanya atau memberikan kritik saya sudah menyiapkan jawaban. Bukan untuk berdebat, tetapi memberikan klasifikasi.
Pada proses penulisan pun, khususnya puisi, benar-benar mesti sepenuh jiwa dalam keheningan. Jangan terpengaruh oleh rasa sedih atau gembira, tetapi harus melampaui rasa yang ada.
Sering sebelum memulai saya secara khusus memejamkan mata sejenak agar nurani yang menjadi tuan. Memohon agar Tuhan berkenan yang menuntun.
Oleh sebab itu dalam proses penulisan membiarkan hati yang lebih berperan. Bisa saja hadir kata-kata nan tajam bagai pedang menikam, tetapi tidak melukai.