Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Demi Kejar Tayang, Omong Kosong demi Berbagi

Diperbarui: 5 Mei 2021   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: diolah dari postwrap dan cartoonpictures

Katedrarajawen  _Membaca beberapa tulisan lama saya ada merasa kagum dengan diri sendiri dan juga penuh tanya. Kenapa bisa menulis seperti ini? Karena bila harus menulis kembali tak terpikir bisa lagi. 

Namun saya juga merasa malu sendiri karena masih banyak sekali kesalahan dalam menulis kata atau salah ketik.  Bahkan ada yang fatal, sebab maknanya bertolak belakang. 

Karena ada yang memberikan komentar di tulisan yang sudah lama, saya membaca lagi tulisan tersebut kembali.  Nah, pada saat membaca itu bertemulah  kesalahan demi kesalahan penulisan. Kenapa bisa separah ini? Memalukan. 

Mengapa bisa terjadi? 

Tatkala menulis saya berpikir ini untuk berbagi, ternyata di balik pikiran ada ambisi tersembunyi dan terus ditutupi. Yakni menulis demi sekadar memuaskan ego dengan cara  kejar tayang. 

Tepat sekali. Kejar tayang untuk memuaskan keinginan sendiri. Dalam sehari bisa menerbitkan artikel  tiga sampai tujuh atau delapan kali. Tidak heran ada yang menyindir ini seperti minum obat saja, tetapi tidak sadar. Karena selalu berlindung demi niat baik untuk berbagi. 

Saya  merasa bangga dan tidak jengah, padahal orang lain mungkin sudah ogah membaca.  Bahkan bisa jadi  diam-diam muak  sehari harus melihat  beberapa kali kemunculan nama saya. 

Demi kejar tayang itu saya harus terus menulis. Hal yang receh pun ditulis. Setelah selesai, lalu hanya baca sekilas langsung tayang seakan mengejar setoran. Soal kualitas belakangan. Yang penting  tayang dan segera mendapat banyak pembaca. Muncul di kolom khusus. Ada kepuasan tersendiri. Kuasa ego terpenuhi. 

Efeknya baru terasa sekarang. Menyesal pun apa daya tiada guna. Ada perasaan bersalah, walaupun waktu itu mendapat ganjaran sebagai penulis teraktif mengalahkan para senior. Makin besar kepala. Hidung pun mengembang. 

Saat itu masih ingat bila ada yang menegur atau mengingatkan langsung taksenang alih-alih berterima kasih. Yang ada timbul pikiran negatif. Terlalu. Namun semua itu adalah masa lalu. 

Ada orang bijak  berkata, 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline