Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Dimusuhi Geng Sendiri, Omong Kosong Apa Pula

Diperbarui: 1 Mei 2021   12:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: pixabay.com, salah satu model geng musik

Katedrarajawen  _Bagaimana ceritanya bisa dimusuhi anggota geng sendiri? Pasti ada apa-apa. Apakah karena penghianatan? Ikuti kisah berikut ini. 

Sesama anggota geng mestinya kompak dan sehati. Suka dan duka tetap bersama. Senang dan susah saling merasakan. Apakah saat melakukan hal yang tidak benar harus bersama?

Sebagaimana  anak sekolah biasanya memiliki geng karena kesamaan dalam berbagai hal. Misalnya sama-sama  suka nongkrong, main musik, atau bahkan tawuran. 

Gini-gini sewaktu sekolah di STM saya juga punya geng. Cowok semua dari berbagai etnis dan agama. 

Acaranya paling  keluyuran bareng, kumpul di rumah teman satu geng secara bergantian --yang paling sering di rumah teman yang ada pohon buah jambu dan mangga. Makan, ngobrol, tapi herannya tidak pernah ada urusan belajar kelompok. Walau demikian kami pergi selalu setelah bubaran sekolah.

Suatu waktu entah 'kemasukan' apa teman-teman, hampir semua kompak bolos. Padahal gurunya ada. Mereka juga bolos tidak ke mana-mana. Tetap berada di lingkungan sekolah. Nongkrong. 

Di kelas hanya tinggal 5 orang. Salah satunya anak baik itu adalah saya. Teman-teman yang memilih bolos memaksa agar kami semua keluar ikut mereka sambil mengancam. 

Kami bergeming. Anjing menggonggong kafilah berlalu. Tentu saja mereka marah mengutuk kami sebagai penghianat.  

Sebaiknya saya berusaha mengajak kembali ke jalan yang benar agar segera masuk ke kelas karena jam pelajaran akan segera di mulai. Ternyata mereka sudah bertekad baja untuk bolos sehingga ajakan saya bagai tong kosong nyaring bunyinya. Salah ya? Bagai masuk ke telinga kanan, keluar ke telinga kiri. Masih salahkah? Ya, anggap saja maksudnya begitu atau cari sendiri peribahasa yang cocok. 

Ketika guru yang mengajar datang hanya tinggal kami berlima. Proses belajar tetap berlangsung. Pak Guru memang kurang galak sehingga tidak banyak mempersoalkan tingkah laku teman-teman. Ini juga sebabnya teman-teman berani bolos. 

Apa yang terjadi kemudian? Akhirnya  kami berlima menjadi musuh bersama sekitar 35 murid lain. Kelas kami seharusnya adalah M4, maksudnya Mesin 4. Lalu kami disindir dengan nama kelas M4A. Kelas khusus kami berlima sebagai pembelot. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline