Apakah kini sudah menjadi takdir setiap Gubernur Jakarta akan menghadirkan pelangi hujat?
2012 Jokowi jadi gubernur namanya kritik dan cela tiada henti. 2014 berganti Ahok malah semakin jadi. Hujat datang bertubi-tubi oleh demo berjilid-jilid sampai masuk jeruji besi.
2017 ganti Anies Baswedan yang menjabat Gubernur DKI. Hujat itu masih tak mau pergi. Tuduhan gubernur gak benar sampai tukang korupsi. Lem aibon, balapan mobil, tanah kuburan jadi amunisi. Sayangnya belum ada yang terbukti. Anies masih tegak berdiri. Dan masih memberi cat rumah warga Jakarta bagai pelangi.
Anies dihujat dari emak-emak, nenek-nenek sampai politisi. Mereka lantang bersuara penuh nyali. Makin hari makin menjadi. Ada yang sampai lepas kendali. Bahasanya sampai bikin ngeri. Bulu kuduk berdiri. Anies harus mengundurkan diri. Pergi. Takada kompromi.
Nyatanya apa yang terjadi. Anies mungkin hanya senyum-senyum sendiri sambil ngopi. Ia sudah paham memang begini kondisi yang harus dihadapi. Biarkan mereka menghujat sampai diam sendiri. Kelak, siapa pun yang jadi gubernur hujat sudah menanti. Bakal ada yang gagah berani memperjuangkan kebenaran dengan meniadakan nurani.
Begini kondisi negeri saat ini. Hujatan sudah jadi makanan sehari-hari. Terus membara bagai api. Berbuah caci maki tanpa mengerti sebenarnya apa yang terjadi. Keramahtamahan anak negeri hanya tinggal cerita kini.
@rinrikhujan 27 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H