Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Cermin Mentertawakan Diri (4): Kebodohan Diri

Diperbarui: 24 Januari 2021   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar:Pixabay.com

Katedrarajawen  _Sewaktu Nasrudin Hoja kehilangan istrinya, ia  tampak tidak begitu sedih. Namun kini saat ia ditinggal mati keledainya, ia begitu sedih sampai berhari-hari masih tersisa. Bisa begitu? 

Seorang tetangga mempertanyakan hal ini. "Kenapa engkau lebih sedih kehilangan keledai daripada istrimu, Hoja?" 

"Kamu tidak tahu, saat aku kehilangan istri tetangga-tetangga datang menghiburku. Ada yang menawarkan saudara perempuannya dan anaknya untuk jadi istriku. Bagaimana aku bisa berlama-lama sedih?" 

Nasrudin melanjutkan, "Namun kini setelah aku kehilangan keledai berharii-hari tak seorang pun menghibur untuk menggantikan keledaiku."

Nasrudin tidak begitu sedih ditinggal istri karena sudah tersedia stok yang baru. Namun kenyataannya ada yang  istri masih hidup, malah dengan gembira mencari yang baru. Siapa ya? 

Akhir pekan libur begini sebisanya hidup jangan dalam ketegangan terus. Ada baiknya dengan santai menikmati yang ringan-ringan membuat hati senang. Paling tidak tersenyum menikmati hidup ini. Menertawakan diri sendiri itu ada nikmatnya. 

Saya tahu soal makan itu jangan terlalu kenyang. Baik ilmu agama maupun  kesehatan sudah mengingatkan hal ini. Namun godaan kenikmatan makanan sering membuat tidak ingat. 

Tambah lagi sedikit tak apa-apa. Itu yang sering terjadi. Bukan sadar malah makin menjadi. Yang enak memang membuat lupa diri, akhirnya  jadi takenak lagi. 

Setelah piring kosong dan perut penuh sesak timbul perasaan  tidak nyaman. Begah. Perlu waktu beberapa lama untuk merasa nyaman kembali. Bayangkan sendiri bagaimana tidak enaknya kalau perut kekenyangan. Apalagi ditambah mau buang angin pun susah. Tambah kencang perut ini. 

Jadi, kenikmatan yang ada lenyap seketika. Hanya oleh nafsu keinginan malah bikin susah. Padahal hanya gara-gara menambah sedikit nasi dan sayur yang dikira masih nikmat itu. Jadi hilang ingatan. 

Begitu juga dengan seorang lelaki yang sudah punya istri baik, setia, dan cantik pula, lalu tergoda untuk  kenikmatan hidupnya dengan menambah satu istri lagi. Betapa indahnya. Secara diam-diam atau terang-terangan. Ini sering saya tonton di televisi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline