Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Istri yang Pergi

Diperbarui: 21 Januari 2021   23:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: postwrap/katedrarajawen

Katedrarajawen  _Apa yang dilihat sebagai kebenaran, tidak pasti itu adalah kebenaran. Banyak sudah penglihatan mata dan  pikiran kita yang tak terkendali telah menipu dan membuat malu. 

Kamis, 21 Januari 2021, 21:43 WIB 

Saat duduk merenungkan kehidupan ini dalam.aliran napas teratur, tiba-tiba teringat  kabar kematian seorang sahabat dalam satu pejuang di kala muda.

Kematian yang memilukan. Sekian lama berjuang dalam rasa sakit dan melangkah ke jurang putus asa. Pernah terlintas bahwa kematian adalah jalan yang terbaik. 

Yang menjadi bahan pembicaraan adalah saat menjelang kematiannya tiada istri dan anak-anak yang mendampingi. 

Ke mana gerangan? 

Kabar yang ada istrinya pergi dengan membawa  dua anaknya ke suatu tempat.  Pergi tanpa pesan dan kesan. Tiada yang menyangka hal ini terjadi. 

Kasihan dan tega. Dua kata yang terucap menggambarkan kondisi yang ada. Kasian, saat kematian tiada keluarga tercinta yang mendampingi. Tega, gambaran untuk sang istri yang tanpa perasaan meninggalkannya di saat sakit-sakitan. 

Awalnya saya juga berpikir demikian. Ada perasaan marah. Kok bisa? Apalagi kabarnya pergi dengan membawa sejumlah uang  uang pesangon dan kendaraan. 

Apakah ia benar-benar pergi dengan tanpa  perasaan? Apakah saya bisa memastikan seperti itu? Tidakkah  berpikir ia pergi dengan berlinang air mata membanjiri pipi? Tidakkah ia  melangkahkan kaki dengan hati yang hancur lebur? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline