Katedrarajawen _Hidup tanpa WhatsApp. Hidup akan tetap berjalan dengan baik-baik saja. Tidak ada hal yang menakutkan untuk membuat hidup ini harus merana. Sama halnya ketika sebelum WhatsApp ada hidup selalu berwarna.
Aku masih ingat saat pertama mengenalnya pada 2009 malah aneh terasa. Apa ini? Saat itu masih memakai HP dengan OS Symbian dari Nokia. Karena masih terbiasa dengan SMS, perpesanan sejuta umat manusia.
Andaikan kini oleh aturan baru dari WhatsApp karena merasa tidak nyaman dan aman lalu harus hidup tanpanya, ya biasa saja. Apalagi sekarang masih banyak alternatif lain yang tersedia. Telegram dan Signal misalnya. Ibarat kata, gak ada lu, gak masalah. Pilihan masih banyak dan gratis pula.
Sama hal ketika aku begitu gandrung dengan HP Nokia sampai terasa melekat di hati. Segala seri dicoba. Kecuali yang seri 4 karena memang pernah ada.
Ternyata orang Finlandia alergi pula dengan angka 4 seperti halnya orang Tionghoa. Karena terbaca 'si' artinya mati. Seram dan bikin ngeri.
Sekali lagi, walau WhatsApp harus tidak ada kita pakai, dunia akan tetap ada dan hidup akan berjalan baik-baik saja.
Sering kali kita hidup terlalu memikirkan dan mengkhawatirkan hal yang tidak perlu atau tidak benar-benar penting. Hidup dalam ketakutan yang sesungguhnya tidak menakutkan.
Kita begitu menderita hanya oleh satu kehilangan, padahal kita masih memiliki banyak hal lain yang menyenangkan. Namun masih mau terjebak dalam kebodohan.
Jangan hanya karena satu hal bagian kecil dari hidup ini seakan kita sudah kehilangan segalanya. Cukup jalani hidup ini apa adanya dan semua akan baik-baik saja. Percayalah.
@catatanharian 13 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H