Katedrarajawen _Nasrudin Hoja sibuk mencari kunci rumahnya yang hilang di halaman rumah. Apa yang dilakukan Nasrudin menarik perhatian beberapa tetangga untuk membantu mencari.
Sekian lama mencari tidak menemukan, salah satu di antara mereka bertanya, "Sebenarnya kunci itu hilang di mana, Hoja?
"Hilangnya sih di dalam rumah," jawab Nasrudin dengan wajah polos sambil menggaruk kepala.
Apa pula ini? Jawaban yang membuat kesal para tetangganya yang merasa dikerjai.
"Kenapa hilang di dalam rumah engkau mencarinya di depan rumah, bodoh kali kau, Hoja," ketus para tetangga serempak.
Lagi, masih dalam raut wajah polos Nasution menjawab, "Karena kupikir di depan ini terang hingga lebih mudah menemukan!"
Kenapa hilang di dalam rumah mencarinya di luar rumah? Karena di luar rumah lebih terang alasannya. Apa hubungannya?
Ayo dong jangan tegang. Katanya Indonesia butuh ketawa. Sebelum melanjutkan tulisan ini sejenak kita tertawa bersama hahaha. Tertawa atas kebodohan kita selama ini? Bukan. Maksudnya, mari kita tertawa atas kebodohan Nasrudin Hoja.
Mungkin itulah sebabnya sejak dahulu Nasrudin sudah menyindir kita, ternyata kita lebih suka menertawakan kebodohan orang lain daripada kebodohan diri sendiri.
Sejatinya setiap orang bisa tertawa, tetapi belum tentu semua orang mau tertawa. Setiap orang memiliki urat tawa, tetapi ada orang yang lebih suka menarik urat lehernya.
Sekian tahun sudah, ketegangan demi ketegangan terjadi di negeri ini. Dimulai sejak pemilihan presiden 2014. Entah fenomena apa yang terjadi. Tiba-tiba muncul dua kubu yang terus bersitegang walaupun Pilpres telah usai.