Katedrarajawen _Kamis, 3 Desember 2020 saya mendapat surel dari Pengelola Kompasiana untuk konfirmasi kehadiran sebagai nomine Kompasiana Awards 2020. Perasaan biasa saja. Karena waktu jadi nomine dua kali sebelumnya 2011 dan 2012 juga ada pemberitahuan semacam ini.
Ketika ada berkomunikasi dengan dua nomine lainnya, Bung Guido dan Pak Teopilus, tentang pemberitahuan ini, mereka malah mengatakan belum menerima. Sementara menurut Pak Teopilus, Pak Bobby atau Ruang Berbagi sebagai nomine ada menerima surel. Sampai di sini saya masih tidak mengerti bahwa email yang saya terima itu sebagai penanda.
Jumat siang, 4 Desember 2020 dalam perjalanan pulang ke rumah tiba-tiba muncul kata-kata yang hendak saya ucapkan bila jadi pemenang. Anggap saja sebagai persiapan. Karena di pemberitahuan dari Pengelola Kompasiana ada mengingatkan akan memberikan waktu dua sampai tiga menit.
Ketika sampai di rumah, maka cepat-cepat saya tulis seperti di bawah ini:
Berharap dengan penghargaan ini mengingatkan bahwa bukan karena kepintaran atau kehebatan saya, tetapi wujud kerendahan hati dan apresiasi dari sahabat semua yang telah rela memilih dan memberikan suaranya.
Semoga dengan pencapaian ini semakin mengingatkan saya, untuk tidak menjadikan sebagai ajang pamer diri, tetapi untuk lebih rendah hati lagi dalam berkarya yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun bagi orang-orang yang sudah rela membaca.
Jujur saya harus mengatakan, tidak terlalu optimis bisa terpilih menerima kategori "Best in Fiction 2020". Karena dari 5 nomine semuanya luar biasa. Apalagi proses penentuan dengan sistim vote yang sebenarnya kurang sreg buat saya.
Oleh sebab itu saat melakukan komunikasi dengan Pak Teopilus saya mengatakan tetap akan menulis tentang semacam kesan walau nanti tidak meraih kemenangan. Paling tidak sebagai ucapan terima kasih. Karena bagaimana pun para sahabat sudah memberikan dukungan doa dan suaranya.
Saya percaya tidak sedikit sahabat yang dengan ikhlas telah memberikan dukungan. Seperti Komunitas Penulis Berbalas (KPB), Inspirasiana, Secangkir Kopi Bersama, dan para Kompasianer lama yang masih aktif di Facebook dan Instagram atau di Grup WA.
Terima kasih untuk semuanya. Tanpa mereka siapalah saya ini. Tentu juga kepada Pengelola Kompasiana yang telah memberikan semacam apresiasi selama sebelas tahun lebih menulis dalam kesetiaan dan kesabaran dengan harapan meraih sebuah penghargaan. Ini soal rasa penasaran saja.