"Di dalam cahaya-Mu aku belajar mencintai. Di dalam keindahan-Mu aku belajar menulis puisi." Jalaluddin Rumi
Dahulu para pesyair menulis kata-kata indah tanpa teori apa-apa. Setiap kata berasal dari kedalaman jiwa. Sedemikian tertata, tidak dengan sengaja. Impulsif saja.
Sebab yang utama adalah gelora rasa. Kata demi kata adalah ungkapan cinta. Intuitif, mengalir tanpa terencana. Namun ada sejuta makna.
Puisi pesyair yang berasal dari jiwa penuh cinta, tak hilang ditelan masa. Tak basi walau sudah lama dan terus terbaca. Melintasi waktu bagai cahaya.
Ketika kejernihan hati yang berbicara dalam setiap kata, puisi nan indah akan tercipta. Dan itu akan menyentuh hati dengan lembut pula. Terjadi pencerahan seketika.
@refleksihati03112020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H