Sesungguhnya banyak orang yang mau mengaku bersalah, namun sungguh sedikit yang berani mengakui kesalahan itu sebagai kesalahan.
Mengaku salah, namun keluar jurus pembenaran. Seakan tak rela menerima kesalahan.
"Saya marah, karena dia yang lebih dahulu memancing kemarahan."
"Saya berbohong, karena itu hanya menjalankan perintah atasan."
"Ya, namanya juga manusia wajar berbuat kesalahan."
"Saya selingkuh, karena pasangan juga melakukan."
"Saya melawan arus, karena putaran baliknya kejauhan.*
"Saya mencuri semata untuk kebutuhan."
"Saya berbuat curang, sebab dia juga melakukan kecurangan."
Begitulah pasti ada seribu alasan. Benar-benar sekadar mengaku salah, tidak berani menginsyafi kesalahan dalam kesadaran.
Tak usah heran, bila kesalahan menyertai sepanjang kehidupan. Sebab dianggap sebagai kewajaran.