Ibaratkan pupuk yang bau, perlakuan yang tidak baik yang diterima adalah untuk menyuburkan kebaikan dan membuat manusia bertumbuh secara jiwa dan rohani.
Memerlukan pemahaman mendalam dan lapang hati untuk menerima perlakuan tidak baik, caci-maki dan hinaan untuk membentuk karakter diri. Pada akhirnya menjadi insan yang diberkati.
Namun bagi yang awam dan memiliki kekerdilan diri, maka semua perlakuan yang tidak baik akan dianggap sebagai perlakuan hina tak ada nilai sama sekali. Lalu membalasnya dengan segala amarah demi memuaskan ego yang selalu ingin menang sendiri.
Demikianlah benih-benih keluhuran budi yang hendak bersemi menjadi mati. Jiwa mengalami kekeringan, sebab menolak pupuk yang menyuburkan dalam ketidakmengertian diri.
Bukankah ini yang terjadi? Atas nama harga diri, manusia melupakan hal yang hakiki sebagai pengajaran dan pelatihan diri untuk menjadi insan yang memiliki harga yang sejati.
@refleksihatimenerangidiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H