Seorang ibu berpenampilan bak sosialita turun dari mobil dan dengan santai membuang botol bekas air mineral ke dalam got. Tanpa ada tanda - tanda merasa risih.
Tentu ia merasa tidak ada yang salah. Bukankah got itu adalah tempat yang kotor? Bukankah membuang botol bekas air mineral masih lebih baik?
Ada teman yang jadi pengaman di pabrik bercerita, ia pernah menegur karyawan yang membuang sampah sembarangan. Karyawan tersebut malah balik marah.
Karyawan ini mengatakan, bahwa sampah tersebut nanti juga ada yang membersihkan dan bukan teman yang menegurnya. Kenapa mesti repot? Luar biasa.
Di pabrik hampir setiap sudut ada tong sampah dengan tulisan indah "Buanglah Sampah Pada Tempatnya". Begitu juga di setiap sudut kota dan trotoar ada disediakan tempat sampah.
Bahkan termasuk di tempat ibadah yang perlu selalu terjaga kebersihannya dan selalu menyediakan tempat sampah. Apa yang terjadi? Di mana - mana sampah tetap berserakan. Pemandangan biasa.
Apa masalahnya?
Bila sudah biasa membuang sampah sembarangan, sehingga jadi terbiasa dan merasa tidak salah melakukannya. Bila sudah terbiasa melakukan satu hal, walau itu salah tetap akan merasa nyaman dan tak risih. Apalagi ditambah pembenaran "tidak apa - apa" dan yang lain juga melakukan.
Sebaliknya kalau sudah terbiasa melakukan hal yang baik, bila tidak melakukanya akan merasa tidak nyaman. Sepertinya akan ada yang kurang bila tidak melakukannya. Ada perasaan bersalah.
Satu hal yang pasti, bila pada waktunya menyadari melakukan hal yang salah dan ingin mengubahnya, tentu bukanlah hal yang mudah untuk bisa mengubah sebuah kebiasaan yang tidak baik. Apalagi sebuah kebiasaan yang sudah mendarah daging.
Tentu membutuhkan kesadaran dari dalam diri dan ketekunan serta komitmen untuk mengubah. Namun masalahnya adalah seperti umumnya manusia suka menyepelekan suatu hal. Apalagi soal sampah. Repot amat cuma urusan sampah?