Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Bukan Sekadar Kata-kata "Terima Kasih" dan "Hati-hati"

Diperbarui: 17 Mei 2020   00:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Anak adalah bagaimana pengajaran dari orangtuanya. Ada orangtua yang peduli ada pula yang tidak peduli dengan etika. 

Ada yang mengajarkan, tetapi tidak peduli bisa atau tidak bisa.

Bisa jadi ada yang peduli, namun lalai mengajarkannya. Bisa jadi pula dirinya malah tak mengerti etika dan tata krama.

Namun pasti ada pula yang mengajarkan anaknya bagai memoles permata.

Saya mengantar seorang anak ke suatu tempat. Terlihat anaknya begitu santun. Kami mengobrol yang ringan-ringan sepanjang perjalanan.

Yang membuat saya takjub adalah ketika sudah sampai tujuan. Anak yang baru berumur sekitar 10 tahun ini dengan sopan mengucapkan,"Terima kasih dan hati-hati ya Om..." 

Kenapa saya katakan takjub dan luar biasa, padahal kata-kata yang diucapkan sederhana?

Walau sederhana, tetapi seperti memiliki kekuatan yang menggetarkan hati dan membuat terharu. Luar biasa, bukan?

Menurut saya, energi kebajikan di balik kata-kata itu yang menggetarkan jiwa. 

Orang boleh mengucapkan kata-kata yang sama, namun yang membedakan adalah energi yang mengiringinya.

Ini juga membuat saya memahami, mengajarkan anak bukan sekadar kata-katanya. Tetapi nilai-nilai kebajikan di balik kata-kata yang terucap jauh lebih penting.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline