Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Apakah yang Terlihat Itu Fakta?

Diperbarui: 31 Desember 2017   08:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa yang  Terlihat Itu Fakta? 01:20:05 | 31 Desember 2017

Bapak tua itu setiap hari sibuk bolak-balik naik sepeda berjualan. Usia enam puluh lebih masa bekerja mencari uang. Tak heran menjadi bahan bisik-bisik.

Apa yang dibisikkan? Pertama kasihan pada bapak itu. Masih ada rasa kemanusiaan. Masih ada rasa peduli walau hanya dalam kata.

Selanjutnya, mencibir dan gosip. Sasarannya adalah anak-anak bapak itu. Penilaian negatif jadi panduan.

Anak-anak tak punya rasa kasihan. Mengapa orang sudah tua masih dibiarkan bekerja? Keterlaluan. Padahal mereka anak-anaknya hidup lumayan ekonominya. Kenapa tega begitu? Pertanyaan bercampur menyalahkan.

Boleh bilang sebagian besar orang pasti memiliki penilaian demikian. Berpikir anak-anaknya tidak perhatian dan tak berbakti. Apalagi bapak itu kalau ditanya cuma senyum-senyum yang susah ditebak maknanya. Tidak ada informasi valid yang didapat.

Apakah yang dilihat itu adalah kebenaran? Kita kerap tak mengambil pembelajaran hidup dari masa lalu. Dimana kita tahu bahwa mata kita suka tertipu. Namun kita masih tetap cepat menyimpulkan dengan apa yang dilihat mata.

Dari kejadian tentang bapak yang setiap hari naik sepeda berjualan, akhirnya ditemukan fakta bukan karena anak-anaknya tak perhatian. Mereka sudah bosan dan kehabisan akal untuk mencegah, agar bapaknya tidak  berjualan. Sebab menurut mereka masih sanggup menghidupi orangtuanya.

Kesimpulannya adalah bahwa apa yang dilakukan bapak itu  semata kemauan sendiri dengan suka hati. Kesaksiannya, ia tak betah hanya duduk-duduk di rumah dan seperti bos yang cuma menerima setoran. Ia tidak ingin merepotkan anak-anaknya, karena merasa masih sanggup membiayai hidupnya sendiri.

Yang jelas lagi, ia kasihan kepada mereka sebab masih harus menghidupi anak-anaknya yang tentu membutuhkan banyak biaya. Begitu yang diungkapkan bapak itu suatu waktu untuk membungkam opini  hanya berdasarkan apa yang dilihat.

Apa tidak malu, saudara-saudari kalau sudah begitu? Eh, malu tidak, ya atau malah buat gosip baru lagi?

||Pembelajarandarisebuahperistiwa




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline