Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Sumbu Pendek

Diperbarui: 28 November 2017   14:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Bila dalam hidup ini selalu menggunakan sumbu pendek menghadapi segala masalah, mudah terbakar emosi. Masalah yang sepele akan  menjadi masalah yang besar dan membuat keadaan menjadi kacau. Niat baik dari seorang pun dapat dipahami menjadi tidak baik. Sebab kita lebih mengedepankan emosi. Bukankah hal ini sering kita alami?

Suatu hari saat hendak mengambil handuk di jemuran melalui jendela kamar. Ternyata sudah tidak berada di tempatnya. Ke manakah gerangan? Rupanya sudah berpindah tempat jauh dari jangkauan.

Pikiran saya langsung tertuju kepada seseorang. Ya, mbak yang setiap hari membersihkan mess. Saya menjadi agak kesal karena untuk mengambil handuk tersebut, saya harus keluar kamar dan jaraknya cukup jauh ke tempat handuk tersebut. Jadi repot, kan?

Dalam kesal saya berpikir dan bertanya. Kenapa handuk tersebut dipindahkan? Apa kurang kerjaan? Karena sumbu pendek yang digunakan saya tidak bisa berpikir panjang-panjang. Kalau Mbaknya ada pada saat itu mungkin sudah saya marah  habis-habisan. Untung sudah pulang.

Keesokan harinya baru saya tanyakan hal ini kepada mbak itu. Tentu saja sudah tidak kesal. Maklum sudah terbakar kemarin ya. Akhirnya saya baru menyadari kesalahan saya yang bersumbu pendek.

Jujur, jawabannya membuat saya merasa malu dan meminta maaf. Karena sudah salah paham padanya.

Ternyata mbak yang bernama Siti ini  memindahkan handuk saya tersebut karena takut kebasahan. Itulah sebabnya dipindahkan ke tempat yang tidak terkena cipratan air.

Sungguh niatnya baik. Namun karena saya  bersumbu  pendek Apa yang dilakukannya alih-alih mendapat apresiasi, malah saya salah pahami. Terlalu.

Begitulah dalam keseharian hidup kita bila tidak bisa melatih atau mengendalikan diri. Kita akan menjadi orang yang bersumbu pendek. Tidak bisa berpikir jernih. Pikiran negatif selalu menguasai. Gampang tersulut emosi. Seringkali jadi salah paham. Bukankah hal  ini menyebabkan hidup terasa tidak nyaman?

Bagaimana solusinya? Teorinya sangat mudah, klasik dan mendunia. Belajar berpikir positif, cek dan ricek terhadap suatu masalah. Gampang, kan? Tetapi sebenarnya yang lebih utama dan penting adalah melatih atau belajar pengendalian diri dari waktu ke waktu tiada putus.

Bila di dalam diri sudah terkendali, maka akan menghadapi segala masalah itu dengan hati yang baik. Otomatis akan selalu berpikir positif. Melakukan cek dan ricek. Bijaksana menghadapi suatu keadaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline