Apakah sejarah itu kebenaran? Tahukah bahwa sejarah bisa dibelokkan sesuai dengan kepentingan? Bukankah kita juga mengetahui bahwa sejarah itu bisa jadi adalah kebohongan?
Seorang raja dengan kejam menghabisi selir tercinta karena takut membocorkan rahasia istana. Caranya dengan memaksa sang selir minum racun mematikan. Juru tulis sejarah bertanya: Apa harus harus dicatat atas kejadian ini, baginda? Sang Raja berkata: Tulislah bahwa selir mati karena menderita penyakit yang tiada obatnya.
Kita bisa saja terkecoh sejarah. Sebab bisa terjadi pemutar-balikkan fakta. Kadang sejarah tak lebih dari permainan kata-kata yang menyesatkan. Lagi pula kata-kata bukanlah kebenaran. Menganggap sejarah sebagai kebenaran sama saja dengan tak memahami kebenaran itu sendiri.
Dengan mata kepintaran otak manusia hanya dapat meraba-raba sejarah tanpa dapat memahami kebenaran yang sebenarannya. Tetapi manusia dengan kecerahan mata batinnya dapat menembus masa untuk memahami sejarah dengan sebenar-benarnya.
Otak hanya dapat mengetahui sejarah tanpa berusaha meneliti dengan kebenaran yang sesungguhnya. Tetapi hati akan berusaha menyelami sejarah dengan kebenaran dengan seutuhnya.
Manusia yang hanya mengandalkan kepintaran otak pengetahuannya akan terbatas. Tetapi bila mau menggunakan hati seiring otaknya, maka akan sangat luas jangkauannya. Sebab apa yang dapat dicapai oleh kemampuan hati tak akan terpikirkan oleh kemampuan otak manusia.
Ya Ampun, sedang omong kosong macam apa aku ini? Maklum, sepertinya aku sedang kehilangan otak dan hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H