Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Standar Kesuksesan yang Menyesatkan

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Entah mengapa, begitu kita mendengar kata 'kesuksesan' akan terbayang yang namanya harta, kedudukan, terkenal, banyak mobil, dan rumah mewah. Atau bahkan bila perlu bisa memiliki banyak istri.

Selama ini memang standar kesuksesan yang kita terima lebih banyak berhubungan dengan kekayaan atau menjadi terkenal.

Hidup ini dikatakan sukses kalau bisa memiliki ini dan itu. Pemahaman ini terus ditanamkan pada diri kita, sehingga menjadi sebuah persepsi atau standar tentang kesuksesan.

Ketika obsesi untuk mencapai kesuksesan diikrarkan, maka segala cara dilakukan, sehingga nurani terlupakan. Mungkin Anda tidak demikian. Tapi kita bisa menemukan kenyataan ini di sekitar kita.

Cara kotor dan kasar. Tipu-menipu dan memperdaya yang lemah. Omong kosong dilancarkan di sana-sini. Semua itu dianggap sebagai jalan untuk menuju kesuksesan.

Saya sering mendengar permainan kotor yang dilakukan orang-orang sukses yang sampai memiliki ratusan perusahaan dan harta triliunan.

Penggelapan pajak, penyogokan, memperdaya pekerja, dan mengakali aturan. Saling hantam. Saya kira hal ini bukan rahasia lagi. Yang penting bisa kaya raya prinsipnya. Cara tidak benar adalah termasuk salah satu jalannya.

Seorang teman yang dari seberang pulau pernah mengatakan satu hal tentang prinsip kesuksesan yang mereka miliki.

Katanya, kalau mereka pergi merantau, saat pulang ke kampung harus jadi orang sukses. Dengan demikian dapat berbangga diri dan tidak menjadi bahan tertawaan.

Itulah sebabnya ketika merantau sudah tertanam prinsip mereka harus sukses. Walau dengan apapun caranya. Termasuk dengan melanggar hukum sekalipun. Intinya bisa 'sukses jadi orang' di rantau.

Saya ragu dengan perkataan teman ini. Tapi ia meyakinkan saya tentang hal ini. Teman ini tidak malu mengakuinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline