Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Iri

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Siapa yang tidak punya sifat iri hati? Silahkan berpikir dulu. Kalau saya sih tak usah pakai pikir, si iri itu memang sudah jadi teman setia. Ada teman beli motor baru walau boleh kredit, saya iri karena motor saya  masih yang butut. Ada teman pakai HP baru merek tiga bintang dari Korea yang harganya enam juta lebih, si iri muncul, sebab punya saya masih jadul.

Tapi diam-diam ternyata ada yang iri juga sama saya. Ada rekan kerja yang iri lihat saya kerjanya cuma duduk, ngopi, main HP, kalau bosan bisa nonton tv, atau tiduran di kamar pada waktu jam kerja tanpa ada yang tegur. Dia tidak tahu kali kalau itu bagian dari kerja.

Intinya rekan ini menganggap kerja saya enak banget. Tapi giliran saya tantang tukaran posisi kerjanya dia tak berani. Masalahnya dua puluh empat jam saya perlu stand by di pabrik. Tak bisa pulang setiap hari

Setiap Hal Ada Kesusahannya

Ada rekan yang lihat saya enak kerjanya cuma santai-santai. Padahal dia tahu saya waktunya di pabrik terus, sedangkan dia setiap hari bisa pulang ke rumah. Saya kerjanya santai tapi tanggung jawabnya besar, sedangkan dia kerjanya modal tenaga tenaga saja, tanggung jawabnya sedikit.

Saya sebenarnya juga iri sama bos. Karyawan yang kerja  mati-matian sepanjang waktu bos yang dapat banyak duitnya. Padahal yang namanya bos juga katanya ada kesusahannya sendiri. Nah, kalau soal susahnya apa, maaf saya tak tahu, soalnya belum perlu jadi bos. Lagi pula itu bukan urusan saya.

Seringkali rasa iri itu muncul semata karena persepsi kita sendiri tanpa melihat secara keseluruhan. Apa yang kita pikir enak dan menyenangkan bagi orang lain belum tentu seperti demikian.Kalau kita mau jujur, sesuatu yang kita lihat enak bagi orang lain, kemungkinan di baliknya yang tidak kita lihat ada kesusahannya.

Turut Bahagia Atas Kelebihan Orang Lain

Ada lelucon, bahwa sifat sirik atau iri atas kelebihan orang lain itu tandanya kita tak mampu. Ada benarnya.

Ada orang senang atau bahagia kita iri. Ada yang bisa menulis lebih bagus, iri. Ada yang lebih kaya, iri. Ada yang lebih berprestasi, pengennya iri. Kok iri dipelihara?

Ini memang penyakit hati manusia sejak dahulu kala. Malah dari jaman purba sudah ada. Sudah ada pada jaman adanya manusia pertama di bumi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline