Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Rano Karno Berniat Mundur, Sebab Hubungan Tidak Harmonis dengan Atut

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

137455881618785632

[caption id="attachment_276894" align="aligncenter" width="300" caption="Tampil mesra untuk pencitraan?@jurnalpatrolinews.com"][/caption] Kesan menjabat sebagai wakil dalam berbagai jabatan dalam pemerintahan selama ini cuma sebagai pajangan memang tak salah. Adanya wakil cuma seakan untuk memenuhi aturan saja. Karena yang berkuasa dan menguasai tetap si atasan.

Bagi mereka yang punya idealisme hal ini tentu saja membuat tidak nyaman. Tapi bagi mereka yang memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi akan enak-enak saja. Karena bisa untuk cari obyekan.

Adalah Rano Karno, Wagub Banten yang dikabarkan hubungannya tidak harmonis dengan Sang Gubernur, Atut Chosiyah selama ini. Keduanya dikabarkan jarang bertemu.

Dikabarkan juga Rano sengaja tidak dikasih peran karena dikhawatirkan akan menaikkan elektabilitas Rano yang akan menjadi penghambat keluarga Atut menjadi gubernur pada 2016 nanti.

Hal ini diungkapkan oleh Dedy Gumelar alias Mi'ing rekan Rano di PDIP kepada Liputan6.com di Jakarta, Selasa, 23 Juli 2013,"Hubungannya nggak harmonis, nggak dikasih job. "Setahun saja mereka cuma ketemu katanya 11 kali. Dia juga tidak pernah mendapat porsi (pemberitaan) di media. Kekhawatirannya, Rano maju jadi calon gubernur Banten di 2016. Padahal, dia (Atut) kan sudah menyiapkan anak atau adik iparnya untuk melanjutkan (jadi gubernur Banten)."

Itulah sebabnya sampai-sampai Rano berniat mundur dari jabatannya, masih menurut Mi'ing,"Tapi dia tidak jadi mundur karena ditahan sama Ibu Mega."

Dalam ini harus para Kepala Daerah harus belajar pada Jokowi yang dengan ikhlas memberikan job yang proporsionalkepada wakilnya, Ahok tanpa harus merasa tersaingi dan curiga. Dengan demikian akan ada keharmonisan kepemimpinan.

Kalau Kepala Daerah dengan wakilnya saja tidak harmonis. Bagaimana bisa bekerja sama untuk memajukan daerah pimpinannya?

Jadi sebenarnya niatan Rano untuk mundur karena kondisi ini sudah di jalurnya. Rano tidak mau hanya menjadi pajangan. Tanpa bisa berbuat apa-apa. Sebab gerak-geriknya dibatasi untuk lebih berperan. Tentu ini membuat Rano gerah dan tidak betah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline