Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Menulis: Motivasi, Terapi, dan Membuat Tertawa

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Awal menulis tujuannya benar-benar untuk diri sendiri. Menulis sebagai cara untuk memotivasi dan terapi pada saat dalam keterpurukan hidup dan penderitaan yang datang silih berganti.

Menulis di buku dan blog 'Catatan@Seorang Pemenang' dalam kenikmatan kesendirian di ujung sengsara. Menggali kekuatan jiwa mengalir melalui kata-kata yang bagaikan mutiara.

Luar biasa. Dalam waktu tiga bulan kehampaan di tepian harapan memberikan hasil yang nyata. Hidup mulai bergairah. Dari beberapa kata kini sudah entah berapa.

Lalu saya berpikir. Apa salahnya bila kata-kata yang ada dibagikan pada sesama? Siapa tahu ada yang mempunyai masalah yang sama? Lalu menulis jadi untuk berbagi pada siapa saja.

Termotivasi untuk selalu menuliskan sesuatu yang bernilai dengan menyelipkan pesan dan makna. Mengolah kata demi kata demi tujuan ada yang berguna.

Sejak membaca buku karya Ajahn Brahm ' Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya' membuat saya terpengaruh dan melahirkan inspirasi.

Membaca lembar demi lembar kisah yang disajikan seringkali membuat saya tertawa lepas. Selain cerita lucu, Ajahn Brahm tak jarang membuat dirinya terlihat bodoh, sehingga menjadi bahan tertawaan. Tertawa sambil menyelami keindahan makna yang ada.

Saya benar-benar jadi terinspirasi. Bagaimana bisa menulis yang bisa membuat yang membaca bisa tertawa? Minimal senyum-senyum sendiri. Biar pun diri sendiri yang menjadi korban tertawaan.

Jadi ketika ada yang mengatakan dirinya tertawa membaca tulisan yang saya sajikan. Saya pun ikut tertawa bahagia. Tujuan menulis untuk menghibur telah mengenai sasaran.

Mungkin juga ada yang diam-diam tertawa ketika membaca tulisan saya. Tertawa karena memang ada yang lucu kata-katanya.

Bisa juga ada yang menertawakan kebodohan saya dalam menulis. Menertawakan saya sebagai penulis yang hanya punya ambisi tapi kemampuannya tidak memadai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline