Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Sariawan

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bagaimana rasanya bila sedang kena sariawan? Perih dan kadang sampai menjalar ke ulu hati dan juga bikin sakit kepala. Biasanya untuk sakit sariawan ini saya punya obat bubuk yang khusus untuk menyembuhkan.

Tetapi kali ini kehadiran si sariawan saya sambut dengan baik dengan membiarkannya aman di bibir. Ada rasa sakit menahan perih, ada rasa nikmat senyuman. Mungkin sepertinya main-main dan iseng. Tapi paling tidak ini dapat dijadikan sebagai latihan kecil untuk berpelukan dengan sesuatu yang biasanya dibenci.

Maunya Sehat Menolak Sakit

Manusia pastinya mau selalu sehat dan bahagia, itu sebabnya dalam doa umumnya minta dikarunia tubuh yang sehat. Tidak ada yang minta sakit-penyakit dan menderita. Tapi bagaimanapun yang namanya sakit tetap tak dapat ditolak. Sepertinya halnya kematian. Ini adalah fenomena kehidupan.

Tentu tidak adil rasanya bila hanya mau menerima dan bersyukur saat sehat. Sementara ketika sakit maunya menolak dan mengeluh. Itu artinya sama saja dengan ibarat mau menerima siang tapi menolak datangnya malam.

Hidup sudah mengajarkan kepada kita sebenarnya tentang satu kebenaran. Bahwa selama hidup di dunia pasi akan mengalami suka dan duka, senang dan sedih, bahagia dan menderita , menang dan kalah, ada terang ada gelap. Sebab dunia ini tak lepas dari unsur positif dan negatif.

Hal ini juga mengajarkan kepada kita, jangan hanya mau bersahabat dengan saat sehat, kebahagiaan, suka, kemenangan, dan terang. Tetapi juga mau berpelukan dengan saat sakit, penderitaan, duka, kesedihan, dan gelap

Menikmati Rasa Sakit

Dengan meminjam kehadiran sariawan ini saya mencoba belajar menikmati rasa sakit dengan gembira. Walau judulnya ada bumbu sok-sokan dalam hal ini. Tapi memang ada nikmatnya. Ada pengajaran yang dapat saya petik dan dalami.Ini juga bisa dikatakan sakit secara sadar.

Intinya dengan praktik ini adalah bahwa apapun itu, baik sehat atau sakit akan berlalu pada waktunya. Jangan melekat. Yang dibutuhkan hanya mengamati dan menyadari sehat sebagai sehat dan sakit sebagai sakit adanya. Bahagia sebagai bahagia. Penderitaan sebagai penderitaan.

Ini adalah langkah untuk menuju ke tangga yang lebih tinggi lagi, sehingga pada saatnya dapat melampaui yang namanya sehat bukan sehat, dan sakit bukan sakit. Atau bahagia bukan bahagia. Walau memang masih jauh langkah yang harus ditapaki untuk memahami.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline