Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Kita Tidak Pantas Mengatakan Apa yang Tidak Kita Suka Sebagai Hal yang Jelek

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tanpa sadar kita suka diskriminatif dalam menilai segala sesuatu. Kita acapkali menganggap segala hal yang tidak kita sukai sebagai tidak baik.

Misalnya saya adalah penyuka warga biru, kuning, dan orange. Ketika saya membeli baju, warna yang saya pilih tidak jauh dari warna itu.

Warna yang paling tidak saya adalah warna coklat. Saya pikir itu warna yang jelek. Nah, suatu waktu saya dibelikan baju berwarna coklat.

Melihat baju itu suasana hati langsung tidak bergairah. Lantas ceritanya ngambek dan tidak memakainya. Saya bilang,"Baju warnanya jelek begitu dibeli!" lanjut lagi,"Kok kamu gak ngerti selera saya, Mi?! Saya kan paling gak suka warna begituan."

Belakangan saya menyesali apa yang saya katakan. Menyesal memang selalu datang belakangan. Pasti itu.

Kemudian malah saya termakan omongan sendiri. Karena baju yang berwarna coklat yang saya katakan jelek itu selama lima tahun lebih masih saya pakai. Sampai bagian ketiaknya sudah sobek pun masih terasa nyaman.

Itu bukan hal penting yang ingin saya katakan. Tapi ada satu penyadaran bagi saya. Bahwa ketika saya tidak menyukai warna coklat. Bukan berarti warna coklat itu tidak bagus.

Saya harus katakan itu sikap yang naif dan arogan. Tentu saya warna coklat merupakan warna yang bagus. Sebab di dunia ini pasti banyak orang yang menyukai warna coklat. Menganggap warna coklat paling indah dan bagus.

Sama halnya juga, saya paling 'benci' baca novel. Tentu tidak adil apabila saya mengatakan bahwa novel itu tidak bagus dijadikan bahan bacaan. Seperti kita sudah paham, penggemar novel itu sedemikian banyak.

Intinya adalah bahwa apa yang tidak kita suka lakukan bukan berarti itu merupakan sesuatu yang jelek, sehingga ketika ada yang melakukan tidak pantas kita menganggap itu sebagai kebodohan.

Misalnya, karena kita tidak respek pada permainan sepak bola. Lalu dengan semena-mena kita menilai mereka yang suka menonton bola itu sebagai orang yang bodoh. Kita menertawakan tanpa perlu merasa bersalah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline