Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Seringkali Rasionalisasi Mengubur Suara Hati

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Setiap dari kita memiliki pesan-pesan surgawi yang akan menuntun hidup kita pada kebajikan. Namun seringkali suara kebenaran itu terkubur oleh logika dan rasionalisasi untung rugi.

Dalam perjalanan waktu, suara hati kita kehilangan gemanya dan selanjutnya terabaikan. Ketika suara hati masih sayup-sayup terdengar, kita lantas berkata,"Hei suara hati, emang gua pikirin! Siapa lu?"

Entah sudah berapa banyak momen indah dalam hidup kita yang terlewatkan. Karena kita tidak mau dengan rela berbuat sesuai suara hati. Kita hiraukan dan tak peduli.

Kita kubur pesan-pesan Ilahi itu dengan kepintaran logika dan bermain-main dengan rasionalisasi. Kebenaran kita tutupi dengan pembenaran dan kita tidak perlu merasa bersalah. Apalagi penyesalan.

Walaupun tidak selamanya logika dan rasionalisasi itu salah. Tapi kesalahannya kita lebih mengutamakan menggunakan logika dan rasionalisasi dengan mengabaikan suara hati.

Pada saat suara hati kita menginginkan untuk menolong orang lain dengan sebagian harta yang kita miliki. Logika kita menghalangi dengan memberikan masukan, bahwa kita masih banyak keperluan.

Ketika suara hati sudah mengingatkan kita untuk beribadah, spontan logika kita bekerja. Sesekali tidak beribadah tidak apa-apa. Lagipula kan sedang sibuk. Tuhan juga maklumlah.

Waktu timbul niat untuk berselingkuh, suara hati memperingatkan, agar jangan melakukannya. Tapi pikiran rasional kita pun tak mau kalah memberi alasan. Tak apa selingkuh itu yang penting rumah tangga tetap utuh. Hitung-hitung menghilangkan kebosanan dengan yang di rumah.

Begitulah, kita tertipu dan hidup dalam permainan logika, sehingga harus mengubur suara hati. Herannya justru banyak yang bangga dengan hal ini. Siapa ya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline