Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Belajar Sportivitas dari si Kecil

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat lapangan sepak bola berubah menjadi arena tinju di Indonesia sudah bukan merupakan hal yang aneh.

Antar pemain saling gebuk, wasit menjadi sansak hidup, dan ofisial ikut pukul-pukulan adalah bagian dari sepak bola kita. Tak heran ada guyonan, kalau sepak bola Indonesia tanpa ada saling tonjok akan kurang seru.

Yang lebih mengherankan lagi para pemain yang memukul lawannya atau menendang wasit tidak pernah terdengar mengakui kesalahannya. Lebih sering mereka menyalahkan lawan dan wasit.

Sejatinya di dalam lapangan para pemain belajar sportivitas. Karena memang itu tujuannya dalam olahraga.

Soal sportivitas ini, saya kira para pemain harus belajar pada Si Kecil, anak saya yang mulai mengeluti sepak bola.

Karena di Sekolah Sepak Bola Si Kecil ini pelatihnya untuk bersikap sportif dalam bermain. Si Kecil benar-benar mempraktikkannya dalam pertandingan.

Ketika mengikuti turnamen belum lama ini. Dalam sebuah pertandingan, saat itu Si Kecil menguasai bola dan hendak membawanya ke depan. Tiba-tiba datang lawan dan menekelnya dari belakang, sehingga membuatnya terjengkang.

Apa yang terjadi?

Si Kecil malahan mengulurkan tangannya untuk mengajak salaman. Melihat kejadian itu, saya merasa geli sendiri. Tapi saya pikir itu merupakan tindakan yang bagus.

Menurut saya sportivitas ini memang perlu diterapkan sejak usia dini, sehingga ketika dewasa sudah menjadi sebuah sikap dalam menekuni sepak bola.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline