Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Gara-gara Barang Tidak Haram Jadi Haram

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Saya bilang teh dan gula sebagai 'barang haram' dan seorang teman tidak menerima dengan protes keras. Padahal ini hanyalah masalah persepsi. Tetapi menimbulkan sedikit debat. Karena masing-masig yakin dengan prinsipnya. Sepertinya kejadian ini yang sering menjerumuskan kita dalam debat kusir yang sia-sia.

Begini ceritanya:


Karena beberapa hari ini ada saja karyawan yang mengalami kelelahan dan harus beristirahat di mess. Sebelum dibawa ke klinik rujukan Jamsostek.


Saya mengusulkan, agar disediakan teh, gula atau makanan ringan yang mengalami ke bagian HRD.


Pertama kali tidak ada jawaban. Pada kesempatan santai saya sampaikan lagi.

Tanggapannya: "Wah, itu maunya kamu. Bukan dimakan yang sakit, malah dimakan kamu lagi!"


"Jangan gampang curiga, Pak. Soalnya selama ini kalau ada yang dibawa ke mess. Pada kelabakan cari-cari teh manis ke warung!" balas saya.


"Gak ah, bisa-bisa paling kamu yang makan. Rugi saya." sahut bagian HRD ini.


Karena agak 'ngeyel jawabannya, akhirnya saya keceplosan,"Kalau takut dimakan saya, dikunci aja. Lagian siapa yang makan barang haram?!"


Mendengar kata 'haram' orang HRD langsung protes,"Kok dibilang barang haram? Masak teh dan gula dibilang barang haram?!"


"Iyalah, barang yang bukan milik kita kalau dimakan ya haram!" saya mencoba menjelaskan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline