Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Mengejar Duniawi, Melupakan yang Sejati

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kita sendiri menjadi saksi. Bahwa kehidupan dunia lebih memikat hati. Manusia berlomba mengejarnya setengah mati. Ada yang berpikir hidup hanya sekali. Ada pula yang lupa diri. Terjerumus dan tak bisa berhenti.

Kehilangan diri yang sejati. Tenggelam dalam warna-warni nafsu birahi. Mengutamakan mencari materi. Saban hari tenggelam dalam urusan ragawi. Iri dengki dan benci masih setia menemani.

Agama sekadar identitas diri. Urusan kerohanian lebih sebagai seremoni. Akibatnya tak mampu membuat nurani bersemi.

Berseru kepada Tuhan tak lebih dari basa-basi. Suara Tuhan saja tak peduli. Terhadap kebenaran telinga menjadi tuli. Disuruh saling mengasihi malah saling membenci.

Jalan-jalan kesesatan terbuka lebar untuk ditelusuri. Demikian manusia menyukai. Sementara Jalan-jalani Kebenaran semakin tak diminati.

Ada yang berpikir, menjadi rohani di Jalan Ilahi akan kehilangan dunia ini. Tidak memiliki kebebasan lagi. Ini namanya menyesatkan diri sendiri. Tidak mengerti bahwa kerohanian adalah untuk menggapai abadi.

Bukan sekadar menjadi rohani. Namun tiada henti menyelami ke samudra nurani. Introspeksi sepanjang hari. Tetapi berapa banyak yang bisa seperti ini?

Sekali lagi. Warna-warni dunia lebih menarik minat untuk digeluti. Dosa atau akherat urusan nanti. Bagaimana bila tiba-tiba mati?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline