Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Omong Kosong Tentang Hukum dan Aturan

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Angin sepoi-sepoi melintas di bawah pohon ceri. Orang-orang berlalu-lalang. Karena hari itu sedang banyak yang melamar pekerjaan.

Duduk sambil memperhatikan suasana keramaian. Lumayan untuk menghalau kesuntukan.

Ada seorang pelamar melintas. Seorang rekan memperhatikan dan berujar,"Lihat aja pakaiannya. Pakai dan sendal. Kalau yang lain udah pada disuruh pulang."

"Kalau yang ini kenapa?" saya penasaran.

"Katanya sih titipan anggota dewan. Anaknya. Pantas tadi saya tegor ketawa-ketawa aja," rekan ini menjelaskan.

Maksudnya anggota DPRD. Tapi saya ragu, kalau anak anggota dewan mau melamar jadi buruh pabrik.

"Masa' sih anak anggota dewan? Kalau memang iya, seharusnya jadi contoh dong penampilannya. Bukanlah malah semaunya."

"Iya nih. Yang lain diusir-usir. Ini malah dikasih masuk," tutur rekan ini sewot.

Ternyata memang tidak di mana. Keadilan atau ketegasan itu hanya berlaku untuk orang kecil yang tidak punya kekuasaan.

Aturan dan disiplin dengan ketat akan diterapkan bagi mereka yang tidak punya kekuatan untuk melawan.

Sementara bagi yang merasa punya atau dekat dengan kekuasaan akan mentang-mentang. Karena mereka menganggap aturan itu tidak berlaku baginya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline