Rabu, 18 Juli 2012 mengutip dari Tempo Interaktip. Puluhan massa dari Koalisi Rakyat yang menggunakan lima mikrolet. Sekitar pukul 13.00 mendatangi kantor Panwaslu (panitia pengawas pemilu).
Rombongan yang dipimpin Munawar meminta agar Panwaslu menertibkan pengunaan baju kotak-kotak pada hari pencoblosan.
Dalam aksi tersebut Munawar berkata,"Penggunaan baju kotak-kotak pada hari pencoblosan secara tidak langsung telah mempengaruhi konstituen dan merupakan kampanye terselubung."
Ternyata berbagai cara dilakukan pihak lawan untuk menjegal kemenangan pasangan Jokowi-Ahok.
Sebelumnya masalah SARA dijadikan isu. Karena Ahok beretnis Tionghoa. Lalu tuduhan politik uang oleh tim sukses Jokowi-Ahok.
Selanjutnya muncul tuduhan sumbangan dana dari Vatican, kelompok gereja di Kanada dan Amerika senilai 70 juta US dollar. Sebagai balasan di Jakarta akan dibangun 96 gereja baru Katolik dan Protestan.
Bahkan status Jokowi yang masih sebagai Walikota Solo yang maju sebagai Cagub DKI mulai digugat. Dianggap merusak sistim demokrasi. Padahal sebelumnya tidak dipermasalahkan.
Kembali ke soal baju kotak-kotak yang dipakai pasangan Jokowi-Ahok memang fenomenal. Menjadi tren saat ini. Bahkan mengalahkan baju koko yang dipakai kandidat lain. Terutama oleh Foke.
Melihat tren baju kotak-kotak yang menjadi seragam pasangan Jokowi-Ahok. Jangan-jangan nanti bakal ada razia terhadap orang yang memakai baju kotak-kotak di Jakarta. Bisa gawat dong?
Ternyata perpolitikan memang tidak berubah. Cara-cara kotor masih dihalalkan.
Demi untuk mempertahankan kekuasaan segala cara dilakukan. Walau dianggap gagal sekalipun tetap ingin berkuasa lagi atas alasan kehendak rakyat.