Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Galau, Bastian Schweinsteiger pun Lupa Bersalaman dengan Presiden Jerman

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1337652007118814538

[caption id="attachment_189680" align="alignnone" width="320" caption="Tampak Schweinsteiger begitu galau, hingga tak melihat uluran tangan sang presiden//sport.detik.com "][/caption] Bastian Schweinsteiger adalah pemain yang paling mengalami kekecewaan saat tim yang dibelanya, Bayern Muenchen harus menelan kekalahan dari Chelsea di final Liga Champions. Kekalahan terasa begitu pahit. Karena melalui drama adu pinalti yang berkesudahan 4-3 untuk kemenangan The Blues. Schweinsteiger merasa bersalah. Karena ia adalah penendang terakhir yang gagal melakukan tugasnya. Sepakannya tidak mengenai sasaran. Tapi membentur tiang gawang. Ketika Didier Drogba sebagai penendang terakhir Chelsea dengan mulus memperdaya Neur, kiper Muenchen. Schweinsteiger tampak begitu terpukul. Hampir tidak dapat menerima kenyataan. Muenchen gagal meraih tropi Liga Champions ke-5 kalinya. Dunia serasa kiamat bagi Schweinsteiger. Entah apa yang dipikirkan Schweinsteiger sampai-sampai "menampik" uluran tangan Presiden Jerman, Joachim Gauck yang hendak bersalaman. Kejadiannya saat penyerahan medali. Setelah menerima kalungan medali dari Michel Platini, Presiden UEFA. Schweinsteiger berlalu begitu saja. Tampak tidak memperdulikan uluran tangan Presiden Joachim Gauck. Atas kejadian yang tertangkap kamera itu. Schweinsteiger dianggap tidak sopan. Bagaimana tidak? Menolak bersalaman dengan presiden! Benarkah demikian kebenarannya? Inilah pembelaan sekaligus penyesalan Schweinsteiger yang saya kutip dari sport.detik.com, "Aku terpukul, kecewa, merasa lumpuh. Aku tidak melihat tangan presiden. Aku menyesal kalau saat itu aku membuat kesan yang salah. Aku minta maaf pada presiden." Jadi jelas apa yang dilakukan Schweinsteiger bukanlah unsur kesengajaan. Tetapi karena sedang galau. Bagaikan sedang putus cinta. Seakan dunia serasa gelap gulita. Maklumlah, Schweinsteiger pun punya perasaan seperti kita. Bisa merasa terpukul dan mengalami kekecewaan. Karena semua itu adalah bagian dari kehidupan. Siapapun bisa mengalaminya. Yang terpenting adalah Schweinsteiger segera menyadari kekhilafannya dan menyatakan permintaan maaf. Namun mau menyadari kesalahan dan meminta maaf, tidak semua orang melakukannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline