Mengapa saya bertanya,"Apakah Anda menjengkelkan?" Mengapa tidak bertanya pada diri sendiri,"Apakah aku menjengkelkan?"
Ya, karena saya sudah sering menjengkelkan. Jadi tidak perlu dipertanyakan lagi.
Sekarang saya jadi tahu. Bagaimana rasanya menghadapi orang yang menjengkelkan. Yang mau menang sendiri.
Dalam hidup. Pasti banyak hal-hal yang menjengkelkan menimpa kita. Mau tidak mau harus diterima. Karena memang bagian dari keseharian kita.
Semua tergantung bagaimana kita menghadapinya. Tapi saya benar-benar harus merasa jengkel. Lupa sejenak untuk bersabar.
Tetapi lumayan. Di balik rasa jengkel masih bisa tersenyum. Mengingatkan diri untuk memaklumi bila menghadapi hal yang sama.
Karena rasa jengkel sampai saya lupakan diri sejenak untuk menceritakan kejelekan seorang teman. Mudah-mudahan tidak kualat.
Saat saya lupa, seorang teman dengan sinis menegur,"Kok lupa sih? Lain kali jangan lupa gitu dong!"
Lain waktu giliran dia yang lupa. Tanpa merasa bersalah cuma bilang,"Iya, saya lupa!"
Sungguh pelupa rupanya ia. Untuk kesalahan yang sama ia kesal setengah mati pada saya.
Ada lagi. Sewaktu berbicara di telepon. Karena suaranya kurang begitu jelas. Saya hanya bisa berucap."Hah, apa?
Berulang beberapa kali.