Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Miranda Gultom: Bu Nunun Sedang Lupa Ingatan Ya?!

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1334283197158871963

[caption id="attachment_181625" align="aligncenter" width="565" caption="Miranda Gultom/Tribunnews.com "][/caption] Miranda Gultom, mantan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, membantah pernyataan Nunun Nurbaeti, bahwa hubungan mereka sudah seperti kerabat. Karena sudah sering berhubungan dalam berbagai acara. Ditambah Miranda sering berkunjung ke rumah Nunun di Cipete. Hal ini terungkap saat Miranda menjadi saksi di pengadilan Tipikor, Jakarta Selatan, Senin (9/4)/ untuk kasus suap cek pelawat saat pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia yang dimenangkan Miranda. Dimana Nunun Nurbaeti menjadi terdakwanya. Pengakuan Nunun bahwa hubungannya dengan Miranda yang sudah seperti saudara. Ternyata dibantah dengan enteng oleh Miranda dengan menyatakan, bahwa hubungan mereka hanya sekadar pertemanan sosialita belaka. Saya mengandai-andai. Mendengar pernyataan Nunun tentang keeratan hubungan dengan dirinya. Sebenarnya Miranda untuk berkata pada hakim begini: "Maaf, yang mulia. Saya yakin Bu Nunun pasti sedang kambuh penyakit lupa ingatannya. Saya yakin itu!" Saya tidak bisa membayangkan, bagaimana reaksi Nunun Nurbaeti saat itu. Yuk bayangkan bareng. Kita kembali ke laptop. Dengan pernyataan yang saling bertentangan ini. Pasti ada kebohongan di antara keduanya. Siapakah yang berbohong? Pada jaman sekarang sepertinya kita sulit untuk membedakan antara kejujuran dan kebohongan. Karena sudah bagaikan kembaran. Apalagi hal ini kemudian didukung oleh para pengacara handal bin sakti yang lihai memutarbalikkan fakta. Yang benar bisa seolah-olah salah. Sebaliknya yang salah bikin dibuat tampak benar. Ditambah lagi sekarang, hampir semua pelaku korupsi bila hadir jadi terdakwa bisa terlihat seperti malaikat. Tampil alim dan religius untuk mencari simpati. Seakan-akan mereka adalah korban yang harus dikasihani. Tetapi bagaimanapun kita berharap, apa yang mereka lakukan bukan sekadar untuk menipu publik. Namun benar-benar sebuah sikap penyesalan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline