Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

BertobaT

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tidak mudah mengakui kesalahan. Tapi lebih tidak mudah lagi mengakui kesalahan, lalu tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Tidak mudah mengakui kesalahan. Tapi lebih tidak mudah lagi mengakui kesalahan, lalu tidak mengulangi kesalahan yang sama.

#
"Papi, Dede baru habis BERTOBAT!" begitu suara nyaring terdengar dari si dede di telepon genggam saya sore itu.

"Loh, BERTOBAT soal apa, De?" tanya saya keheranan.

"Soal M-A-M-I....Dede banyak salah kemarin sama Mami!" sahut si dede.

"Kok soal mami aja. Sama Papi gak?" selidik saya.

"Papi juga sih...! Kan sama kedua orangtua." si dede menjelaskan.

"Syukurlah. Makanya Dede jangan suka bikin salah lagi sama orangtua. Jadi anak Papi itu mesti nurut, gak nakal." nasehat saya.
Berbuat salah dan mau mengakuinya. Lalu minta maaf dan BERTOBAT. Tidak mudah yang kita bayangkan.

Karena banyak di antara kita sudah berbuat salah tetap cuek saja. Alih-alih mau mengakui. Malah sibuk melakukan pembenaran.

Mau mengakui kesalahan, minta maaf dan BERTOBAT. Tentu membutuhkan keberanian dan ketulusan. Tidak semua bisa melakukannya. Tidak mudah.

Tetapi lebih tidak mudah setelah BERTOBAT kemudian tidak melakukan kesalahan yang sama.

Namun lebih dari itu, beruntunglah bila masih memiliki kelembutan hati untuk mau mengakui kesalahan yang telah dilakukan. Masih ingat Tuhan untuk BERTOBAT.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline