Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

KumaT

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebagai manusia, salah satunya adalah memiliki penyakit KUMAT. Mengulangi kesalahan yang sama dari waktu ke waktu.

#
"Mas, kok penyakit lamamu KUMAT lagi sih?" tegur seorang istri kepada suaminya dengan amarah. Karena suaminya ketahuan selingkuh lagi.

"Nak, kamu KUMAT keranjingan main game online lagi ya? Bukannya kamu sudah janji tidak akan main lagi?" seorang ibu mengingatkan anaknya.

"Bro... Pinjam duitnya dong. Nanti aku ganti! Aku sedang apes, semalam kalah!"

"Kalah? Kalah judi maksud? Wah, penyakit kamu KUMAT lagi ya?"
Itulah percakapan dua sahabat di kamar kost suatu malam.

Meminjam ilustrasi di atas. Apa yang dapat kita maknai dari kata "KUMAT"?

Saya memahami sebagai suatu perilaku buruk yang telah lama tidak dilakukan. Karena kita menyesali, lalu berjanji tidak akan melakukannya lagi. Tapi suatu ketika, tergoda melakukan hal yang sama. Bahkan berulang-ulang.

Terhadap perilaku kita yang tidak baik. Timbul kesadaran dan kita berjanji tidak akan mengulanginya. Tapi apa daya, tidak lama kita kumat melakukan kebodohan yang sama.

Kumat. Apakah kita pernah mengalami? Baiklah, sebelum ada yang menjawab. Biarlah saya yang mewakili untuk membuktikan. Bahwa penyakit kumat itu sering saya alami.

Misalnya, saya sudah bertekad untuk tidak marah lagi. Sampai-sampai berdoa dan menulis kalimat afirmasi.

"Mulai saat ini, kemarahan tidak lagi berkuasa atas diriku. Sebab ia telah menjadi budakku!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline