Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

MinggaT

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berapa banyak manusia yang berani memutuskan untuk MINGGAT dari penjara dunia yang penuh dengan penderitaan dan ketidaknyamanan ini?

#
Seorang istri yang MINGGAT dari rumah membawa anak sambil menangis tersedu-sedu pulang ke rumah orangtuanya. Karena tidak tahan hidup dengan suaminya yang ringan tangan. Pasti kita pernah mendengar atau mungkin pernah menjadi saksi peristiwa ini.

Sepasang kekasih MINGGAT dari keluarganya karena kisah cinta mereka tak direstui. Sepertinya yang banyak yang terjadi.

Seorang pembantu rumah tangga MINGGAT dari rumah majikannya karena diperlakukan dengan kasar atau tidak senonoh. Rasanya bukan cerita yang heboh lagi.

Pasti kita juga pernah mendengar atau membaca berita tentang para napi yang MINGGAT dari rumah tahanan.
MINGGAT bisa dimaknai sebagai pergi tanpa ijin. Pergi secara diam-diam. Bisa juga berarti melarikan diri.

Pergi tanpa ijin atau melarikan diri terpaksa dilakukan. Karena tempatnya berada saat ini sudah tidak memberikan kedamaian dan kenyamanan lagi.

Dengan MINGGAT pelakunya berharap terbebas untuk hidup bebas sesuai harapannya. Minimal bisa bebas dari ketidakbebasan sebagai pribadi yang memiliki kebebasan.

MINGGAT bisa jadi pilihan yang sudah dipikirkan secara matang. Bisa juga karena tidak ada pilihan lagi. Dihimpit oleh rasa putus asa.

Secara keduniawian kita memahami MINGGAT seperti demikian. Tentu kita sulit menentukan. Apakah MINGGAT itu tindakan yang benar atau salah. Sebab banyak alasan yang melandasi tindakan seseorang untuk MINGGAT.

Namun saya akan mengatakan, bahwa adalah tindakan yang benar. Bila seseorang berani untuk segera MINGGAT dari kehidupan keduniawian secara sadar.
Tapi berapa banyak yang berani melakukannya?

Seorang teman, karena sudah merasa ketidaknyamanan akan kehidupan keduniawian. Lalu memutuskan pergi menjadi seorang biksu. Hal ini dilakukan bukan karena keputusasaan. Tapi dilandasi kesadaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline