Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Preman Kok Bicara Soal Manusiawi?

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13303400651689608837

[caption id="attachment_173847" align="aligncenter" width="400" caption="freedigitalfhotos.net "][/caption] Maaf kalau saya tidak manusiawi, sebab harus geli dan menahan tawa saat membaca berita yang menulis. Bahwa para pendukung atau anak buah John Kei berteriak akan menuntut polisi. Karena dianggap tidak manusiawi saat menangkap John Kei. Begitu juga pengacaranya berkoar, bahwa akan ada demo besar-besaran di kantor polisi berkenaan dengan tindakan polisi yang dianggap tidak manusiawi. Bukankah wajar, kalau mereka protes diperlakukan tidak manusiawi? Sebab preman juga manusia! Tapi aneh saja. Ketika mereka berlaku tidak manusiawi terhadap orang lain. Bisa tertawa dan tidak perlu merasa bersalah. Seperti yang kita ketahui, John Kei dengan kelompoknya bergerak dalam dunia premanisme yang dilegalkan dalam bentuk ormas. Tindak-tanduk mereka dalam menangani kasus selama ini jauh dari manusiawi. Misalnya dalam penagihan tunggakan yang macet. Tidak jarang dengan kekerasan. Bahkan terdengar kabar John Kei pernah memotong dua jari lawan. Kasus terbaru, malah John Kei bersama puluhan anak buahnya menghabisi Tan Harry Tantono alias Ayung, sahabatnya yang juga boss PT Sanex Steel Indonesia. Keterlibatan John Kei tidak diragukan. Dimana didukung oleh berita yang saya kutip dari Tempo Interaktif, "Keterlibatan John dalam pembunuhan Tan menjadi terang-benderang ketika polisi
membuka rekaman CCTV Swiss-Belhotel.
Menurut sumber Tempo, rekaman itu
menunjukkan, pada pukul 21.28, bersama
belasan anak buahnya, John Kei menuju kamar Ayung di kamar 2701." Menurut saya, begitulah sifat preman. Mau menggigit tapi tidak mau digigit. Saat menganiaya atau membunuh, mereka tidak peduli dengan bahasa manusiawi. Namun pada saat mereka diperlakukan kasar sedikit saja. Sekonyong-konyong, bisa langsung ingat masalah manusiawi. Aneh. Satu lagi sifat preman adalah mereka yang selalu benar. Menganiaya dan membunuh akan dianggap benar. Karena itu memang pekerjaan mereka. Tapi ketika ada anggota kelompoknya yang terluka karena melawan aparat yang hendak menangkap, maka aparat akan dianggap salah. Mereka akan fasih berbicara soal manusia dan HAM. Sebenarnya baguslah masih ingat dan memiliki sifat manusia. Kalau begitu jangan jadi preman lagi. Atau jangan-jangan hanya untuk mengelabui?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline