Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Lupakan Nazaruddin, Anas, dan Angie!

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1329632168143649908

[caption id="attachment_172056" align="aligncenter" width="400" caption="freedigitalfotos.net "][/caption] Polemik tiada akhir di negeri ini. Setiap hari mengalir tiada henti. Ada saja yang bisa dipublikasi. Syukur-syukur menjadi sensasi. Nazaruddin, Anas, dan Angie menjadi bintang akhir-akhir ini. Selalu menjadi pemberitaan di media cetak, online sampai televisi. Sampai-sampai masalah pribadi ditelanjangi. Mari sejenak kita berintrospeksi. Tidak perlu saling membenci dan mengutuki. Pun antipati terhadap perkembangan ini. Mari duduk sini. Ada titip pesan dari Sang Guru untuk menggugah nurani. Semoga berarti. # Berpolemik dan skeptis hanya buang energi. Ingat kebutuhan pokok masih bisa dibeli. Bantuan BOS masih mengalir ke siswa-siswi. Tunjangan masih mengalir ke semua instansi. Jamkes masih berlaku sampai saat ini. Pembangunan infrastruktur masih dijumpai. Pasar-pasar masih ada transaksi. Banyak orang masih bisa jual-beli. Ekonomi masih berjalan di sana-sini. Pemerintah tetap berusaha walau setengah hati. Bursa efek masih banyak dikunjungi. Tandanya pemerintah masih berfungsi. Masih ada harapan di negeri ini. Basmi tikus tak perlu membakar lumbung padi. Revolusi harus berpikir 1000 kali. Orang yang tak berdosa selalu korban revolusi. Peristiwa MEI '98 menjadi saksi. Hanya rakyat jelata yang bersedih. Korban rusuh Mei tak ada yang peduli. Bajingan koruptor lolos di luar negeri. Penjahat dan kerah putih senyum berseri-seri. Yang miskin makin miskin menyendiri. Yang kaya makin kaya bereksistensi. Orang lemah dan miskin tereliminasi. Inilah potret bangsaku saat ini. Inilah hasil dari reformasi. Ingat Mei '98 adalah setengah revolusi. Berpolimik dan skeptis hanyalah beban pikiran. Siapa yang dengan tenang dapat menjernihkan kekeruhan. Akan ada kedamaian. Walaupun teratai tumbuh di antara lumpur dan kotoran. Akarnya tetap bersih putih tanpa tercemarkan. Aku tidak suka jadi batu giok yang memukaukan. Lebih baik jadi batu kolam yang tidak diperhatikan. Manusia dilahirkan akan berjalan menuju kematian. Orang yang amat sibuk mencari keuntungan yang berlebihan. Mati sebelum waktunya diantara 10 ada tiga-an. Mengapa hal seperti itu bisa terjadi demikian. Karena manusia terlalu tamak mengejar harta kekayaan. Yang penting kehidupan harus dilandasi keseimbangan. Seperti ada langit dan bumi, lahir dan mati, ada laki-laki dan perempuan. Hidup adalah perjuangan. Dengan perjuangan mendapat keuntungan. Adanya kelebihan bisa buat kebajikan. Buat apa pikirkan hal masih khayalan dan ketidakpastian. Setia pada negara tidak selalu harus melakukan hal yang luar biasa. Menjadi rakyat yang bisa hidup tekun dalam kebaikan, tidak melanggar hukum dan mau bekerja. Itupun sudah setia pada negara.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline