Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Proses Mengolah Ide Menjadi Tulisan

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Setiap penulis pasti memiliki cara kreatif dan terbaik untuk menghasilkan tulisan demi tulisan. Sebuah ide yang dimiliki antara satu penulis yang satu dengan yang lain pasti cara mengolahnya sampai menjadi sebuah tulisan.

Ibarat masakan, walau bahan mentahnya sama. Tapi setiap koki bisa saja memiliki cara yang berbeda untuk mengolah bahan tersebut sampai tersaji di meja makan.

Bagaimanapun cara atau proses yang kita lakukan untuk menghasilkan tulisan, yang terpenting adalah ada tujuan dan manfaatnya. Dengan kesungguhan dan keinginan untuk berbagi informasi, inspirasi, motivasi, dan refleksi.

Saya bukanlah tipe penulis yang betah berlama-lama di depan komputer untuk mencari ide. Lalu mengolahnya dengan klik sana-sini untuk mengumpulkan bahan
Sebab ketika berada di depan layar monitor. Dalam hal ini layar ponsel. Saya sudah siap 100 persen untuk menulis dengan bahan di dalam kepala.

Sebab saya ketika memiliki ide menulis, jarang langsung dituangkan dalam bentuk tulisan. Kecuali tulis humor dan puisi. Biasanya begitu ada ide spontan dituliskan.

Perlu beberapa jam untuk mengolahnya. Bisa juga berhari-hari sampai berminggu-mengendap di kepala.
Mengapa perlu berlama-lama? Karena adakalanya perlu menunggu momen yang pas dan hati sudah sreg untuk ditulis.

Kebanyakan tulisan saya adalah untuk pembelajaran dan refleksi. Sebab itu begitu dapat ide, selalu saya olah terlebih dahulu dalam pikiran dan hati. Dipikir-pikir dan ditimbang-timbang.

Setelah matang baru dituangkan dalam bentuk tulis. Bahkan ada ide yang sudah tersimpan bulanan, baru kemudian dijadikan tulisan.

Saat masih proses di kepala, adakalanya untuk meyakinkan diri dan menambah amunisi saya diskusikan bahan tulisan dengan teman.

Dengan cara ini, ada kenyamanan dan gairah tersendiri. Ketika hendak ditulis ada semacam daya ledak. Tulisan menjadi menggelegar. Ketika sudah jadi tulisan, lahir kelegaan.

Kelebihannya menurut saya dengan cara ini adalah sebuah tulisan lebih matang. Tidak berdasarkan perasaan emosi, senang atau tanpa arah. Karena memang sebelum ditulis, sudah dipertimbangkan dengan matang. Kiri-kanan dan atas-bawah. Tidak semata-mata mengandalkan pemikiran. Tapi sudah direnungkan dalam-dalam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline