Adapun sebabnya Jalan Suci (Agama) tidak terlaksana, adalah yang pandai melampaui, sedangkan yang bodoh tidak dapat mencapai.
[Konfusius]
Bila melihat segala potensi yang dimiliki bangsa Indonesia yang religius dan berbudaya, yakni adanya berbagai agama terbaik di dunia yang dijadikan sebagai pedoman hidup, seharusnya masyarakat Indonesia bisa hidup damai dan sejahtera.
Tempat ibadah ada di mana-mana dan para pemuka agama bejibun banyaknya. Kegiatan keagamaan selalu ada setiap waktu yang diisi dengan ceramah.
Namun kenyataannya masyarakat kita terpuruk keadaan dan moralitasnya. Lebih buruk dari negara tak beragama sekalipun. Perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama merajalela.
Apalagi pada masa sekarang ini di manusia manusia pemikirannya semakin pintar, sehingga seringkali lebih menggunakan logika dan pemahamannya sendiri.
Sampai ada yang sinis mengatakan, bahwa agama itu tidak berfungsi dan Tuhan telah mati melihat realita yang ada ini!
Melihat kenyataan ini, membaca lalu meneliti dan merenungi apa yang dikatakan Konfusius ribuan yang lalu, saya menemukan kebenarannya.
Karena kepintarannya, manusia belajar agama lebih sebagai pengetahuan dan menambah wawasan. Ajaran agama yang sesungguhnya sederhana ditafsirkan dengan menjlimet sehingga keluar dari kebenaran.
Ajaran agama lebih dijadikan sebagai bahan diskusi belaka dengan pembenaran untuk mencari kebenaran. Padahal yang terjadi kemudian justru melenceng dari kebenaran. Namun tetap dianggap sebagai kebenaran.
Hanya mendiskusikan ajaran dari waktu ke waktu sama halnya berbicara tentang makanan yang tidak akan mungkin mengenyangkan.
Mungkin kita akan menjadi lebih pintar dalam pengetahuan agama, tapi kesadaran kita bisa jadi mengalami kematian.
Karena kepintaran tidak sedikit ajaran agama yang kemudian diselewengkan demi kemudahan dan kepentingan sendiri/kelompok.