Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Jangan Hakimi Aku, Lihatlah Pikiran dan Hatiku

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Untuk memahami hati dan pikiran seseorang, jangan melihat apa yang telah ia capai saat ini. Lihat apa yang sebetulnya ia cita-citakan." KAHLIL GIBRAN

#
Kalimat yang indah. Saya memahami sebagai janganlah menghakimi kegagalan seseorang.

Umumnya, kita begitu gampang menghakimi pencapaian seseorang yang boleh dikatakan sebagai kegagalan pada saat ini.

Kita tidak mau berusaha melihat jauh ke dalam hati dan pikiran seseorang, sebenarnya apa yang menjadi keinginannya.

Terlalu cepat kita menyimpulkan. Lalu serta merta menghakimi seseorang ketika ia gagal. Bahwa itu adalah pencapaiannya.

Kita tidak _mau_ menyadari, bahwa kegagalan itu hanya proses dari untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya.

Seperti apa yang saya alami sebagai contoh. Saya menulis tentang kebaikan, selain berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan, ada juga yang merupakan keinginan atau cita-cita hidup ke depannya.

Tentu saja itu berarti belum bisa saya lakukan. Tapi sangat ingin saya wujudkan dalam hidup.

Celakanya, ketika apa yang saya tulis dan masih berupa cita-cita itu tidak mampu saya wujudkan, cap munafik langsung dilayangkan kepada saya.

Betapa pedih rasanya. Ketika gagal, bukannya penguatan yang didapat. Tapi justru penghinaan.

Orang lain tidak mau tahu dan tidak mau memahami, bahwa untuk menjadi baik itu butuh proses dan perjuangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline