Selama bergabung di Blog Keroyokan yang bernama Kompasiana, belum pernah saya menemukan tulisan yang nihil jumlah kliknya. Hal ini menandakan, setiap tulisan yang diposting di Kompasiana pasti ada yang mengunjungi.
Selanjutnya ada harapan untuk dikomentari. Baik berupa sekadar basa-basi, pujian, kritikan maupun menambahkan isi tulisan.
Begitu diposting saja, minimal ada yang melirik judul tulisan atau nama kita ketika tampil di deretan kolom "Tulisan Terbaru".
Coba bandingkan dengan tulisan kita yang ada di blog sendiri. Blog saya sendiri saja sampai sekarang masih nihil yang mengomentari.
Saat menghadiri acara Kompasianival saya sempat berkenalan dengan seorang kompasianer bernama Dewi. Saat itu saya sedang berbincang dengan Mas Janu.
Ketika Mbak Dewi memperkenalkan dirinya. Saya sempat bertanya,"Kok jarang lihat tulisannya ya?" Padahal sudah cukup lama bergabung di Kompasiana.
"Kebanyakan tulisan saya diposting di blog sendiri." begitu Mbak Dewi memberi alasan.
"Mbak Dewi termasuk tipe penulis yang suka kesendirian ya. Kalau posting di blog sendiri, jauh dari hiruk-pikuk. Jauh dari kritikan." Mas Janu menimpali.
Jawaban Mas Janu memancing saya untuk berkomentar lebih lanjut,"Menurut saya, justru salah satu keuntungan posting tulisan di blog keroyokan. Karena adanya kritikan. Dengan adanya kritikan, kita bisa memperbaiki atau mengedit tulisan. Selama ini itu yang saya lakukan."
Sebenarnya ada yang ingin saya tambahkan lagi. Tapi suasana pesta tak memungkinkan untuk banyak berdiskusi. Melalui tulisan ini, saya ingin menambahkan.
Bahwa dengan memposting tulisan di blog keroyokan. Dalam hal ini Kompasiana. Selain akan mendapat masukan melalui kritikan demi perbaikan tulisan kita. Apabila memang terdapat kekurangan. Kita juga akan mendapat pujian yang akan menambah energi bagi kita untuk menulis.
Terhadap pujian. Saya mengibaratkan madu yang menyegarkan dan menyehatkan. Pujian seharusnya membuat kita semakin tertantang untuk menulis lebih baik lagi. Kita jadikan pujian sebagai pendorong bahwa kita memang layak dipuji.
Menulis di blog keroyokan yang jumlah penghuninya yang ramai. Dengan harapan keterbacaan yang besar, maka dimungkinkan adanya komentar. Dari komentar yang ada, tak jarang akan memperkaya tulisan dan juga mendatangkan inspirasi.