Dari peristiwa sehari-hari begitu banyak pembelajaran yang bisa kita dapatkan untuk menjadi pintar dan bijak, apabila kita mau belajar dan merenungi.
#
Belum lama ini, saya berkesempatan ke sebuah kantor konsultan di daerah elit Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, untuk mengambil gambar desain rumah.
Saat tiba di depan kantor yang berlantai 4 tersebut tampak sepi dan saya juga bisa melihat ke dalam kantor itu karena dindingnya menggunakan kaca yang transparan. Tak ada seorangpun yang tampak.
Lalu saya berusaha membuka pintu sendiri dengan mendorongnya. Tidak bisa terbuka. Saya dorong lagi, tetap tidak bisa juga.
Tengok sana-sini, ternyata ada belnya dan langsung saya pencet sambil menunggu dibukakan pintunya.
Menunggu dan menunggu, tidak ada yang menampakkan hidungnya dari dalam kantor. Saya pencet belnya lagi dan tetap tidak ada orang yang keluar. Keadaan sepi, tidak tahu harus bertanya pada siapa.
Untunglah tak lama kemudian datang dua orang tamu lagi. Awalnya salah satunya membantu membukakan pintunya, tapi tetap tidak mau terbuka juga. Dasar pintu nakal.
Tapi tiba-tiba tamu yang wanita berhasil mendorong pintu tersebut hingga terbuka. Lega sudah dan saya tidak mau berpikir bagaimana pintu tersebut akhirnya bisa terbuka. Karena saya langsung ke atas untuk menjalankan tugas.
Pada saat keluar, saya tidak mengalami kesulitan karena ketika saya dorong sudah bisa terbuka sendiri.
Setelah keluar dari kantor tersebut dan diliputi rasa penasaran saya memeriksa keadaan di sekitar pintu.
Ternyata tidak jauh dari bel ada tertempel secarik kertas kecil yang berisi petunjuk untuk membuka pintu.
Pertama pencet bel, bila di layar muncul tulisan "open" langsung dorong pintunya, maka akan terbuka.
Dasar sayanya katrok, seumur-umur baru pertama kali menemukan pintu model demikian, jadi kebingungan.
Tapi sekarang tidak bingung lagi, karena sudah pintar. Buktinya saat saya ke sana lagi saya sudah bisa langsung membuka pintu yang pernah membuat saya tampak bodoh itu.
Pengalaman memang berharga dan tidak perlu merasa bodoh untuk belajar dari pintu. Kalau ingat, waktu itu saya memang tampak bodoh di depan pintu itu dan untung tidak ada yang memperhatikan dan menjadi tertawaan.