Hari gini masih ada yang suka debat agama? Memangnya kenapa? Suka-suka saja! Bukankah kita masih bisa memilih untuk menjadi bagian dari perdebatan itu?
Ya, hari gini baru saja saya bertemu perdebatan soal agama di dunia nyata, setelah sebelumnya di dunia maya, makanya pagi ini saya terinspirasi untuk menuliskannya.
Memang tidak ada salahnya untuk terus memperdebatkan tentang kebenaran agama dan keberadaan Tuhan. Memang tidak ada salahnya untuk berdebat tentang kebenaran agama dan membuktikan agamanya yang paling benar. Karena memang setiap manusia masih memiliki keegoan untuk melakukannya dengan segala pembenaran.
Kalau berdebat bisa untuk membuka pemikiran dan menuju pencerahan akan pemahaman tentang kebenaran dan Tuhan, bukankah itu adalah hal yang baik? Kalau perdebatan itu bisa membuka wawasan dan menambah pemahaman yang lebih baik tentang agama, bukankah itu menyehatkan pikiran?
Tetapi namanya manusia yang masih memiliki kegoaan, hal itu memang sulit terjadi, masing-masimg ingin mendikte dan menguasai, bahwa pendapatnya yang paling benar, karena bersumber dari Tuhan. Ini juga tidak salah, karena kebenarannya demikian adanya.
Yang terjadi kemudian keegoan semakin menjadi-jadi. Keluarlah caci-maki dan saling menghina, lalu emosilah yang lebih berbicara. Kata-kata semakin tak terarah. Dari api kecil di hati, lalu bisa membakar bangunan-bangunan yang berdiri megah.
Apabila dipikir dengan jernih, maka sebenarnya perdebatan tentang agama dan Tuhan tidak akan menemukan ujungnya. Lebih rumit dan sulit daripada untuk bisa menemukan jarum dalam tumpukkan jerami. Kalau begitu, bukankah, capek deeehh...???
Namun sekali lagi, selagi masih ada manusia dan beragama di atas bumi, maka perdebatan ini tak akan mungkin berakhir. Jadi seharusnya kita juga tidak perlu sinis ataupun antipati mengahadapi perdebatan agama yang masih ada. Semuanya adalah tergantung kepada diri kita sendiri. Menjadi bagian dari perdebatan yang tiada habisnya itu atau duduk diam dengan manisnya. Diam itu emas, looooh....!
Mau terus berdebat atau diam, silakan pilih sendiri dengan konsekwensinya. Kini saatnya saya lebih memilih berhenti melanjutkan tulisan ini, masalahnya sedang capek deeeeh....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H