Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Mita, Merelakan Suaminya Menggandeng Wanita Lain di Depan Matanya

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mita tertawa dari balik teleponnya saat kutanyakan kabarnya.
"Lumayan, sudah bisa tertawa!" Sahutku.

"Tapi keadaan belum berubah, cuma saya yang berusaha berubah!"Tutur Mita dan suara tawa masih mengiringi.

"Belum berubah gimana? Maksudnya?" Kejarku lagi.

"Ya, dia masih suka membawa-bawa perempuan seperti dulu. Tidak berubah juga, biar saya yang berubah dan tidak mau terlalu memikirkan kelakuannya lagi!" Terdengar begitu pasrah dan ikhlas suara Mita.

"Anggap saja ini adalah cobaan. Bukankah Tuhan tidak akan mencobai umatnya melebihi kemampuannya. Sekarang kamu masih bisa tertawa, berarti masih kuat, makanya terus dicoba!" Perkataanku itu membuat kami tertawa lepas.

"Habis kalau mau nangis dan marah juga tidak ada gunanya. Malah kita yang capai sendiri!" Mita menarik nafasnya.

Karena aku tahu Mita beragama Buddha, maka aku mencoba sedikit bijak untuk memberikan sedikit nasehat sebagai sahabat baik.
"Mit, anggap saja apa yang kamu alami saat ini adalah karma kehidupan yang harus kamu terima. Anggap saja ini adalah hutang yang harus kamu bayar pada suamimu. Terima sajalah, kalau sudah waktunya pasti akan berlalu badai ini."

Aku menarik nafas dan berusaha memahami keadaan Mita yang ada di seberang.

"Aku kira, mungkin kamu sudah sering mendengar perkataan ini, tetapi tak ada salahnya untuk menyelami!"

"Iya, Bang. Seperti saya bilang, saya sudah pasrah dengan kelakuannya yang suka membawa-bawa wanita. Sekarang saya lebih fokus mengurus anak-anak saja. Itu lebih penting bagi saya daripada mengurus kelakuannya." Suara Mita terdengar begitu tabah.

Begitulah sahabatku Mita harus menerima kenyataan menghadapi kelakuan suaminya yang setahun terakhir ini lebih sibuk berpacaran dengan wanita lain.
Pertengkaran hanya membuat Mita lebih terluka dan lelah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline