Siapapun berhak untuk menyakini keyakinannya sebagaimana kita menyakini keyakinan kita...
Seorang teman yang tampak religius bertanya pada temannya,"Bro, kamu percaya sama hukum karma dan menyembah patung ya?!"
Dengan tegas teman yang ditanya menjawab,"Iya, memang kenapa?"
Sang teman tertawa terbahak-bahak dan berkata,"Kamu kok bodoh ya?! Hukum karma itu hanya dongeng dan menyembah patung itu sesat! Itu namanya menyekutukan Tuhan."
Mendengar kata-kata itu dengan tenang dan tegas teman yang ditertawakan berujar,"Kawan, saya katakan, Anda boleh tidak percaya dengan keyakinan saya. Tapi Anda tidak perlu menertawakan apalagi melecehkan ajaran saya! Saya kira Anda tidak berhak melakukannya!"
"Loh, memang kenapa? Kalau ada yang tidak benar, saya wajib memberitahukan!" Jawab teman yang tampak religius itu.
"Kalau soal keyakinan, pasti masing-masing akan meyakini keyakinannya yang paling benar. Apa yang perlu dibenarkan? Anda mau percaya bahwa agama dan kitab suci Anda yang paling resmi dari Tuhan, silakan! Saya tidak akan mengganggu gugat. Kalau ada umat yang menganggap Nabinya sebagai Tuhan, saya juga tidak akan mempermasalahkan."
Diam sejenak kemudian ia melanjutkan, "Prinsip saya, biarlah semua orang hidup damai dalam keyakinannya, tanpa perlu merasa yang paling benar. Menurut saya yang paling benar itu adalah bila semua ajaran yang ada dalam keyakinan kita bisa diaplikasikan dalam kehidupan nyata! Tidak ada gunanya menertawakan apalagi melecehkan keyakinan orang lain!"
*
Saya pikir juga demikian, apa hak dan perlunya kita mengaduk-aduk dan menertawakan keyakinan seseorang? Apalagi sampai melecehkan! Bukankah lebih baik hidup sepenuh dalam keyakinan yang kita yakini kebenarannya.