Lihat ke Halaman Asli

Katedrarajawen

TERVERIFIKASI

Anak Kehidupan

Pak Presiden, Tahu Dirilah! Tolong Balas Budi Kami!

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terpaksa aku mengatakan, bahwa ketika menulis cerita ini, aku sedang mengalami amnesia, sehingga banyak hal yang tertulis tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Akibat amnesia yang aku alami, banyak sekali kejadian dalam kisah ini menjadi asal tulis.

Entahlah kisah ini terjadi di negara mana, aku lupa sama sekali lokasinya.
Tahu-tahu kisah ini dimulai pada saat sedang terjadi pesta kemenangan, karena Sang Calon Presiden resmi terpilih menjadi presiden.

Sang Calon Presiden yang gagah dan ganteng meraih kemenangan mutlak atas lawannya. Selain ganteng dan digandrungi ibu-ibu, pencitraan atas Sang Calon Presiden berjalan sukses. Seakan banyak rakyat yang terhipnotis untuk menyoblosnya saat pemilih.

Ucapan selamat berdatangan dan Sang Presiden menyambut dengan wajah yang sumringah.
Sejak hari itu beliau dipanggil "Pak Presiden".
Para pendukung bersorak-sorai mengadakan pesta kemenangan dan berharap banyak pada Pak Presiden atas janji-janjinya saat kampanye.

Mengentaskan kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan memberantas korupsi, itulah janji manis Pak Presiden pada rakyatnya.

Kemenangan Pak Presiden tentu tidak lepas dari para pendukung dan tim suksesnya. Baik tenaga dan dana mengalir untuk mendukung kemenangan Pak Presiden.
Tentu semua itu tidaklah cuma-cuma diberikan, karena pasti berharap ada timbal baliknya dari Pak Presiden.

Atas kemenangan calon usungannya menjadi presiden, para pendukung ini juga berpesta, karena berharap akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Pak Presiden.

Pak Presiden hanya bisa menikmati senyumannya sehari-dua hari. Setelah itu seharusnya Pak Presiden mulai menggunakan seluruh kemampuan dan energinya untuk memikirkan rakyat yang memilihnya dan memenuhi janjinya saat kampanye.

Tapi bukan itu yang terjadi. Karena Pak Presiden mulai lebih memikirkan acara balas budi yang sebenarnya tidak pernah dijanjikannya.
Selain merasa tak enak hati, ada juga para pendukung yang tidak malu-malu meminta balas budi karena merasa paling berjasa atas kemenangan Pak Presiden.

"Pak Presiden, tahu diri dong, balas budi kami!" Teriak sebagian para pendukung yang haus kekuasaan dan tak sabar agar Pak Presiden memberikan jatah kedudukan.

Mau tak mau Pak Presiden harus mengalah pada nuraninya dan berusaha untuk membalas budi.
Akhirnya masalah balas budi ini yang lebih banyak menguras pikiran dan tenaga Pak Presiden daripada memikirkan rakyatnya yang masih hidup dalam kesusahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline