Dalam ketaatan dan menyembah Tuhan. Pagi, siang, petang, dan malam. Yakin dan percaya akan kehadiranNya.
Yakin dan percaya padaNya yang akan melindungi dan menghidupi.
Yakin dan percaya bahwa Ia akan mencatat setiap perbuatan dan membalasnya dengan balasan yang setimpal atas apa yang dilakukan.
Pagi, siang, petang, dan malam selalu beribadah dan mengingat namaNya. Tunduk dan patuh padaNya.
Tetapi, kitapun tak sungkan untuk tunduk pada rayuan kehidupan yang menentang Tuhan.
Berkompromi pada keadaan untuk tidak patuh pada perintahNya dengan berbagai alasan dan pembenaran serta pengertian sendiri.
Secara diam-diam maupun terang-terangan kita melakukan kebohongan demi mendapatkan materi dan penghargaan. Membelakangi nurani karena rayuan dan rasa takut pada manusia.
Kita tahu berbuat pahala, namun kitapun tak lupa untuk melakukan dosa.
Kita tahu seharusnya sebagai manusia adalah hidup dalam kebaikan, tetapi kita juga seakan tak kuasa untuk tidak terjerumus dalam kesalahan.
Antara sadar dan sesat mengiringi langkah kita.
Aku hanya bisa tertawa diam-diam, karena aku tak kurang demikian menjalani kehidupan ini.
Kesadaran yang ada belum juga membawaku terbebas dari kesesatan.
Betapa kasihannya, sungguh!
Beruntung ada kalimat penghiburan yang terngiang,"Namanya juga manusia, tidak lepas dari kesalahan!"
Terbersit juga kata-kata yang memberi harapan,"Masih ada kesempatan mohon ampun, Tuhan Maha Pemaaf!"
Tapi entahlah apa jadinya, bila tiba-tiba nafas itu tidak lagi dikandung badan?!
Apakah masih bisa menghibur diri dengan kata-kata penghiburan dan mohon ampunan.
Pagi, siang, petang, dan malam, selalu memanjatkan doa dan puja-puji kepada Tuhan. Namun mengapa tak juga menghadirkan kesadaran untuk patuh sepenuhnya kepadaNya.
Mengapa masih juga terjebak dalam kesalahan dan dosa?